Sebuah Pelajaran Sederhana dari Tangisan Lionel Messi


Pagi tadi sebuah pertandingan besar dilangsungkan di Amerika Serikat. Tak lain, adalah laga final Copa America Centenario mempertemukan dua tim nasional yakni Argentina dan Chile. Dua tim ini juga adalah finalis setahun lalu. Saat itu Chile berhasil mengalahkan Argentina lewat adu pinalti dan memenangkan kejuaraan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.
Pagi tadi, secara sensasional Chile kembali memaksa Argentina meratap setelah kembali menang lewat adu pinalti. Media massa dan media sosial pun menyambut hasil ini dengan riuh. Bukan fokus pada penampilan cemerlang Chile dengan Alexis Sanchez atau Arturo Vidal-nya.

Hal yang disoroti adalah gagalnya lagi Lionel Messi untuk menorehkan gelar juara untuk timnas Argentina. Seperti yang diketahui publik sejagat. Messi adalah pemain terbaik yang pernah lahir di planet ini. Banyak orang menyebutnya berasal dari planet lain. Gelar pemain terbaik ballon d’or sudah diraihnya lima kali ; 2009 ,2010 ,2011 ,2012 , dan 2015. Hanya la pulga yang bisa melakukan ini sejauh ini. Entah, mungkin nanti Anthony Martial, Paulo Dybala atau Eden Hazard mampu menghampiri prestasi ini. Hanya Nicklas Bendtner yang tahu. Wkwkwk.
Argentina sepanjang turnamen tampil bagus. Messi malah sudah melewati rekor gol terbanyak Batistuta untuk timnas. Bahkan mereka sudah mengalahkan Chile di fase grup. Tapi, apa daya keberadaan Mascherano tak mampu berbuat banyak untuk tim tango.
Setelah pertandingan, Messi dikabarkan akan pensiun dari timnas. Beberapa media sudah menyebutnya resmi pensiun. Terserahlah. Setahu saya, Messi sudah tampil di empat final bersama Argentina. Tahun 2007 kalah oleh Brazil di final copa, 2014 kalah oleh Jerman di final piala dunia, 2015 kemarin kalah dari Chile di final copa. Dan sekarang, Messi kembali sial. Dengar-dengar dia sampe menangis terisak-isak, batuk-batuk, muntah, berak-berak,.... tidak yah.
Baiklah saya tidak akan melanjutkan ulasan layaknya komentator bola yang sok tahu. Saya memikirkan konsep ini. Bahwa tidak ada yang benar-benar bahagia dalam sepakbola. Bahkan el Messiah sekalipun. Mungkin ia adalah pemain terbaik di dunia dan tak bakal ada pemain yang menyamai rekor-rekornya. Tapi bermain bola di atas rumput hijau tidak bisa hanya sendiri. Messi harus melakukan passing juga. Messi tidak boleh melakukan operan satu-dua dengan Messi. Siapa suruh Argentina hanya punya satu Messi.
Saya punya pengalaman sakit hati juga dengan Messi. Saya mengidolakan MU. Bukan madura united yah, Manchester United. Sudah dua kali MU ketemu Barcelona di final liga champions. Mereka kenalan, tukaran nomor hape, ketemuan dll. Maksud saya, come on!!! Messi selalu mencetak gol di dua final tersebut dan Barcelona menang di dua final tersebut. Saya sering berpikir bahwa si anak yang namanya Messi ini sungguh bahagia menjadi pemain sepakbola yang banyak gelar. Sampai tadi pagi saya melihat dia nangis dan bilang kalo dia kecewa. Kesimpulan saya, sepakbola akan selamanya menarik, tidak ada yang betul-betul sempurna dalam sepakbola ini.
Yah, dalam kehidupan sehari-hari pun demikian. Tidak ada yang betul-betul sempurna kebahagiaannya. Mungkin teman kamu pintar, sehat, punya pacar tapi dia kaya raya. Wkwkwk. Mungkin ada yang seperti itu. Tapi, pasti dia punya kekurangan juga. Mungkin dia orangnya takut hening (dan mungkin gelap), jadi selalu butuh teman setiap mau ke WC, bioskop, atau perpustakaan (jangan salah, perpus itu sangat hening, saking sepinya).
Terakhir, saya yakin masih ada harapan untuk Liverpool dan Arsenal jadi juara liga inggris. Nah loh, iya kan? Tidak ada yang mustahil. Tidak ada satu tim apalagi satu pemain pun yang sempurna. Semua tim bisa dikalahkan (kecuali mungkin PS TNI kalo dia intimidatif dan mengerahkan seluruh potensi “militeris”nya wkwkwk). Dan untuk Javier Mascherano, kamu tidak usah pura-pura nangis kayak Messi segala. Saya yakin kamu tidak tersakiti sedikit pun. Saya tahun rekor aneh kamu, 5 gol selama memperkuat Barcelona dan semuanya gol bunuh diri. Jangan cari popularitas kayak Messi yang nangis dan keburu mau pensiun. Kamu tidak usah pensiun dulu, jalani saja kekalahan-kekalahan berikutnya. Wkwkwk.

[28 Juni 2016, sebentar lagi pulang kampung]

Komentar

Postingan Populer