Kepentingan Ekonomi Hosting Country Dalam Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA : Menuju Rusia 2018
Kepentingan Ekonomi Hosting
Country Dalam Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA :
Menuju Rusia 2018[1]
Rial Ashari
Bahtiar
Abstraksi
Tulisan ini mendeskripsikan Piala Dunia FIFA (men’s football world cup) sebagai mega-event olahraga bagi publik
internasional. Antusias publik pada Piala Dunia menarik orang-orang dari
seluruh dunia untuk datang menyaksikan langsung pertandingan-pertandingan dalam
gelaran ini. Dalam penyelenggaraannya event
ini kemudian mampu menjadi sarana mencapai kepentingan ekonomi bagi Hosting country (negara penyelenggara) terutama
dalam bidang pariwisata. Tren tersebut berlanjut hingga kini menjelang gelaran
tahun 2018. Menuju penyelenggaraan di Rusia, terdapat faktor-faktor yang
menjadi pendukung maupun penghambat capaian kepentingan ekonomi. Didukung oleh kuatnya
ekspektasi publik bagi pencapaian Rusia sebagai Hosting country, potensi internal Rusia sekaligus menunjukkan adanya
peluang bagi kesuksesan penyelenggaraan.
Kata-kata kunci : Piala Dunia; Kepentingan ekonomi; Hosting country; Rusia; Pariwisata.
Pendahuluan
Piala
Dunia FIFA (men’s football World Cup)
merupakan mega-event olahraga yang selalu
ditunggu-tunggu oleh masyarakat internasional dan diselenggarakan setiap empat
tahun. Kesuksesan penyelenggaraannya akan membawa kebanggaan dan reputasi bagi
negara penyelenggara (hosting country)
maupun tim nasional yang tampil di pergelaran ini. Popularitas Piala Dunia kini
tak hanya sebatas kompetisi sepakbola yang dapat dipertontonkan sebagai
hiburan. Animo besar publik untuk menyaksikan pertandingan-pertandingan Piala
Dunia secara langsung menjadi peluang besar bagi negara penyelenggara untuk menjadikan
ajang ini sebagai instrumen untuk mencapai kepentingan Ekonomi. Setidaknya
dalam tiga kali penyelenggaraan Piala Dunia terakhir (tahun 2006, 2010 dan
2014), ajang tersebut selalu mengindikasikan adanya motif kepentingan ekonomi bagi
hosting country dalam bidang
pariwisata dan ekonomi lokal.
Sebagai
perbandingan, tercatat pemasukan pada penyelenggaraan Piala Dunia Jerman 2006 adalah
sebesar Satu Milyar Euro hanya dari sektor pariwisata belum termasuk penjualan
tiket pertandingan, hak siar televisi dan pemasukan dari sponsor. Pendapatan sebesar
37 Milyar USD diperoleh hosting country
dengan hadirnya 5 juta orang dari seluruh dunia ke kota-kota di Jerman. Angka
yang besar tersebut menaikkan Gross
Domestic Product (Pendapatan Domestik Bruto) Jerman sebesar 0,5 persen selama turnamen
berlangsung (Local Organising Committee 2014).
Dalam laporan World-Cup Audit dari AIESEC-Leipzig, selama penyelenggaraan group-stage (penyisihan grup) Piala
Dunia 2006, angka penilaian dari semua indikator termasuk keamanan dan
transportasi publik mencapai lebih dari delapan dalam skala satu sampai sepuluh (Todter 2006). Indikator tersebut menunjukkan
kualitas persiapan yang dilakukan Jerman sebagai tuan rumah seperti
infrastruktur, pelayanan publik dan pengamanan selama turnamen berlangsung.
Penyelenggaraan
Piala Dunia FIFA empat tahun setelahnya yaitu pada 2010 lebih menarik perhatian
masyarakat Internasional. Terpilihnya Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala
Dunia menjadi momentum yang menandai Piala Dunia pertama kali diselenggarakan di
benua Afrika. Pada awalnya banyak kalangan menilai penyelenggaraan Piala Dunia
2010 tak akan sukses karena event ini
membutuhkan infrastruktur yang memadai maupun jaminan akan keamanan untuk
menghelat pertandingan-pertandingan besar. Sementara itu Afrika Selatan yang
terpilih oleh FIFA sebagai tuan rumah justru punya citra buruk di mata dunia
dengan sejarahnya yang diwarnai oleh perang, korupsi, apartheid dan kemiskinan. Meski sempat terkendala dalam masa pembangunan
infrastruktur, pada akhirnya Afrika Selatan mampu merampungkan persiapan
sebelum Piala Dunia dimulai.
Penyelenggaraan
event ini serta merta menghasilkan
keuntungan ekonomi bagi tuan rumah. Angka Gross
Domestic Product meningkat satu persen selama kompetisi berlangsung (BuaNews 2010).
Keuntungan ekonomi Afrika Selatan terutama datang dari sektor pariwisata. Lebih
dari 300 ribu turis asing datang ke Afrika Selatan untuk tujuan utama
menyaksikan Piala Dunia dengan total pengeluaran 3,64 Milyar Rand (lebih dari 38,6 Triliun Rupiah).[2] Selain
itu menurut survei yang dilakukan South
Africa Tourism, secara global terdapat peningkatan signifikan dari merek
dagang Afrika Selatan pasca Piala Dunia (South Africa Tourism 2010). Bahkan dalam
laporan tahunan World Tourism
Organisation 2010, event ini
mampu mendongkrak angka kunjungan turis di kawasan Afrika sebesar tujuh persen
dari tahun sebelumnya menjadi 49 juta pengunjung. Piala Dunia juga meningkatkan
pemasukan ekonomi kawasan Afrika sebesar empat persen menjadi 32 Milyar USD (UNWTO 2011).
Penyelenggaraan Piala Dunia tahun 2014 di Brazil juga tak
lepas dari motif kepentingan ekonomi oleh pemerintah. Dalam seremoni FIFA di
Zurich 30 Oktober 2007, presiden Brazil Luis Lula Da Silva dengan jelas
menyatakan intensi negaranya dalam pidato penerimaan Brazil sebagai tuan rumah
terpilih Piala Dunia 2014.
“Here we are assuming responsibility as a nation, as the Brazilian
State, to prove to the world that we have a stable, growing economy, that we
are a country that has reached stability. We are a country that has many
problems, yes, but the people in our country are determined to solve these
problems” (Paula 2014).
Dalam perjalanannya terdapat polemik dalam proses menuju
penyelenggaraan event ini yaitu
demonstrasi rakyat Brazil yang menganggap anggaran yang disalurkan pemerintah
untuk Piala Dunia terlalu besar sementara anggaran besar tersebut bisa
disalurkan ke sektor pendidikan dan kesehatan
(PandittFootball 2014). Namun tetap dilanjutkannya persiapan
penyelenggaraan menunjukkan event Piala
Dunia adalah prioritas pemerintah Brazil untuk disukseskan.
Ernst & Young (2011) dalam
publikasinya memprediksikan gelaran kompetisi ini akan menghasilkan 3,63 juta pekerjaan
per tahun dan 83,48 Milyar Dollar Real pendapatan bagi populasi brazil dalam
periode 2010-2014. Di samping itu juga menghasilkan 18,13 Milyar Dollar Real
pajak tambahan. Angka-angka estimasi tersebut kemudian menegaskan bahwa meski dalam
gelaran Piala Dunia terdapat tantangan tersendiri, event ini selalu menunjukkan prospek untuk meraup keuntungan
ekonomi bagi Hosting country.
Angka
yang masif terdapat dalam pencapaian kepentingan ekonomi di tiap
penyelenggaraan Piala Dunia FIFA. Hal ini membuat event Piala Dunia tiap empat tahunnya menjadi fenomena
internasional yang menarik untuk diamati. Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana
event Piala Dunia FIFA menjadi sarana
kepentingan ekonomi terutama dalam bidang pariwisata bagi Hosting country termasuk bagi Rusia yang akan menjadi tuan rumah
pada gelaran tahun 2018.
Olahraga sebagai
komoditas
Secara
sederhana, komoditas diartikan sebagai segala sesuatu yang dibutuhkan, berguna
dan memberikan kesenangan (Marx 1999). Dari definisi tersebut, komoditas
pastilah sesuatu yang akan dicari dan dibeli masyarakat. Dengan cara demikian
menyediakan komoditas terus-menerus berarti memperbesar peluang bagi
diperolehnya pendapatan ekonomi secara maksimal.
Sementara
kemajuan teknologi dan media massa serta industrialisasi ekonomi terjadi. Di
saat bersamaan dan dengan posisi saling mempengaruhi, olahraga yang merupakan
sebuah produk kebudayaan manusia menjadi lebih identik sebagai sebuah komoditas
baru. Olahraga sebagai komoditas mencirikan pertandingan-pertandingan olahraga
menjadi sesuatu yang patut diberi harga dan dikomersialkan. Hal ini terjadi ketika
pertandingan-pertandingan olahraga punya kualitas permainan yang ingin disaksikan
publik. Popularitas olahraga hingga mampu menjadi sebuah komoditas baru ditunjang
oleh produksi wacana di televisi, majalah, website
serta penciptaan ikon-ikon olahraga seperti pemain dan klub favorit.
Hadirnya
berbagai jenis kompetisi olahraga terutama sepakbola di hampir setiap negara
menjadi satu tempat bagi bergeraknya transaksi ekonomi. Akan tetapi perolehan pendapatan
ekonomi bukan hanya dari penjualan tiket pertandingan. Proses dinamis dari ekonomi
kapital secara konstan akan menemukan cara-cara baru dalam mengubah
praktek-praktek olahraga menjadi seperangkat komoditas yang dapat dipertukarkan
dan menghasilkan laba (Whannel 2008). Konsumsi masyarakat
pada hal-hal yang terkait dengan kesenangannya pada olahraga menjadikan event olahraga semisal Piala Dunia pada
tahap ini mampu memberi dampak ekonomi bagi hosting
country.
Dampak
ekonomi (economic impact) mengacu
pada ukuran pengeluaran, pendapatan maupun penyediaan pekerjaan (employment) yang diasosiasikan pada sektor
ekonomi atau proyek khusus (Charles Santo;Gerard
Mildner 2010). Pengeluaran yang dilakukan penonton (spectator) Piala Dunia pada satu sektor ekonomi akan mengakibatkan
gelombang aktifitas pada sektor lain yang terkait. Event Piala Dunia akan menarik orang-orang dari luar kota atau
negara penyelenggara dan tinggal di lokasi turnamen. Selain untuk tiket
pertandingan, pengeluaran juga dihasilkan untuk hotel, restoran, jasa
kesehatan, transportasi, biaya telekomunikasi dan ongkos pengeluaran untuk barang
maupun jasa lainnya dari penyuplai lokal. Selain itu pemerintah lokal akan
menerima pajak dari penyelenggaraan event
ini. Lapangan pekerjaan juga akan terbuka bagi masyarakat lokal. Lapangan pekerjaan
yang dimaksud mulai dari official
turnamen, tenaga pekerja bagi pembangunan infrastruktur (stadium dan sarana
transportasi), jurnalis lokal, pedagang merchandise
dan pernak-pernik piala dunia dan sebagainya. Pada Piala Dunia 2010 ekspektasi
untuk new jobs yang mampu disediakan
bagi masyarakat mencapai 170 ribu (Local Organising
Committee 2014).
Piala Dunia
sebagai mega-event olahraga
Setidaknya
ada tiga faktor yang menjadikan Piala Dunia disebut sebagai mega-event. Pertama, secara ekonomi
Piala Dunia adalah kompetisi olahraga yang diselenggarakan dengan biaya sangat
besar. Total biaya penyelenggaraan Piala Dunia 2014 di Brazil adalah 13.354.565
USD. Biaya tersebut digunakan diantaranya untuk membangun dua belas stadion di
dua belas kota, telekomunikasi, pengamanan publik, bandar udara dan pelayanan publik
lainnya (Paula 2014). Sementara di Afrika
Selatan pada tahun 2010, estimasi total pengeluaran biaya untuk event Piala Dunia sebesar 55,3 Milyar Rand (Cottle
2010).
Selain
itu Piala Dunia juga menyediakan dana besar untuk para kontestan yang tampil
terutama bagi tim yang menjadi juara. Tim nasional Spanyol dan Jerman yang
menjuarai Piala Dunia tahun 2010 dan 2014 meraup hadiah 32 Juta USD dan 35 Juta USD (JPNN.com 2014).
Kedua,
tim nasional yang bertanding merepresentasikan identitas kebangsaan dan negara
asalnya sehingga tim yang memenangkan pertandingan tentu akan membawa
kebanggaan pada tim dan warga negaranya. Hanya di Piala Dunia FIFA tim nasional
yang memenangkan kejuaraan akan berstatus ‘juara dunia’. Kompetisi sepakbola
kemudian dijadikan saluran untuk mendemonstrasikan kecintaan terhadap bangsa
dan negara mereka di mata internasional. Secara kapasitas ekonomi ataupun
modernitas infrastruktur dalam negeri, Argentina dan Brazil mungkin kalah dari
Amerika Serikat dan Jepang. Tetapi kebanggaan dan superioritas dimiliki Brazil
maupun Argentina yang sudah memenangi kejuaraan lebih dari satu kali. Bahkan Brazil adalah negara dengan raihan
trofi juara terbanyak yaitu lima kali. Sementara itu negara dengan kekuatan
ekonomi seperti Amerika Serikat ataupun jepang bahkan belum pernah tampil di pertandingan
final.
Ketiga,
Piala Dunia menjanjikan pertandingan dengan kualitas tontonan terbaik dari para
kontestan. Tim yang tampil adalah tim yang melolosi pertandingan-pertandingan kualifikasi
dan berarti paling cemerlang dari segi permainan. Para kontestan akan
mengeluarkan kemampuan terbaik dengan motivasi ganda yaitu reputasi sebagai
‘juara dunia’ atau setidaknya bisa mengalahkan tim nasional lain, ditambah
dorongan untuk memenangkan hadiah yang besar.
Ketiga
faktor di atas secara bersamaan mewujudkan image
Piala Dunia sebagai hiburan teratas kompetisi olahraga. Manifestasi dari hal
tersebut adalah antusias publik internasional untuk datang ke negara tuan rumah
demi menyaksikan langsung pertandingan Piala Dunia. Pengunjung yang datang
tidak hanya dari negara-negara kontestan Piala Dunia tapi dari berbagai negara.
Dari sinilah peluang besar bagi negara penyelenggara yang terpilih untuk
mempersiapkan ajang Piala Dunia sebagai magnet bagi pemasukan di bidang pariwisata
dan ekonomi lokal.
Kepentingan
menjadi Hosting Country
Pemilihan
Hosting country pada tiap penyelenggaraan
event Piala Dunia dilakukan melalui pemungutan
suara oleh FIFA sebagai organisasi induk sepakbola dunia. Sebelum terpilih,
negara-negara yang ingin menjadi tuan rumah harus melalui proses pengajuan penawaran
atau bidding process ke FIFA. Proses
ini mengartikan bahwa negara-negara menganggap kesempatan untuk menjadi hosting country adalah suatu peluang
yang langka mengingat event ini hanya
dilangsungkan empat tahun sekali. Untuk Piala Dunia 2018, negara-negara yang
melakukan pengajuan penawaran (bidding
nations) adalah Inggris, Belanda bersama Belgia, Spanyol bersama Portugal
dan Rusia sebagai pemenang. Sedangkan bidding
nations untuk penyelenggaraan tahun 2022 diantaranya adalah Amerika
Serikat, Jepang, Australia, Korea Selatan dan Qatar sebagai pemenang (FIFA 2010).
Hobkinson
(2014) mengemukakan empat motivasi inti suatu negara untuk menjadi Hosting country dalam Piala Dunia.
Pertama, meningkatkan profil atau branding
dan marketing bagi kota maupun
negara. Kedua, mendemonstrasikan modernitas dan menegaskan peran politik di
regional maupun internasional. Ketiga, membangun proyek infrastruktur dan real estate untuk mendukung strategi
pembangunan nasional, regional dan ekonomi kota. Keempat, mempromosikan
partisipasi dan manfaat olahraga serta hidup sehat.
Tabel.1 : Main reasons for hosting world cups
(1970-2022)
Motivasi inti (Level of
Importance)
|
||||
Negara dan tahun Penyelenggaraan
|
Profile (1)
|
Political
(2)
|
Urban
Development (3)
|
Sport
(4)
|
Mexico (1970)
|
Medium
|
Medium
|
Less
|
More
|
Jerman Barat (1974)
|
Medium
|
Medium
|
Less
|
More
|
Argentina (1978)
|
Medium
|
Medium
|
Less
|
More
|
Spanyol (1982)
|
Medium
|
Medium
|
Less
|
More
|
Mexico (1986)
|
Medium
|
Medium
|
Less
|
More
|
Italia (1990)
|
More
|
Less
|
More
|
More
|
AS (1994)
|
More
|
Less
|
Less
|
More
|
Prancis (1998)
|
More
|
Less
|
More
|
More
|
Korea-Jepang (2002)
|
More
|
Less
|
More
|
More
|
Jerman (2006)
|
More
|
Less
|
More
|
More
|
Afrika Selatan (2010)
|
More
|
More
|
More
|
More
|
Brazil (2014)
|
More
|
More
|
More
|
More
|
Rusia (2018)
|
More
|
More
|
More
|
More
|
Qatar (2022)
|
More
|
More
|
More
|
Less
|
Sumber : Colliers
International
Dua
dari empat poin yang disebutkan di atas (poin pertama dan ketiga) berorientasi
langsung pada kepentingan ekonomi Hosting
country. Poin pertama yaitu profile
menjelaskan bahwa kepentingan ekonomi yang dimaksud bukan hanya berupa dampak
langsung pada saat event diselenggarakan.
Branding yang dimiliki suatu negara
dapat berefek jangka panjang untuk citra negara tersebut bagi tujuan pariwisata
favorit turis internasional. Sementara itu poin ketiga diperoleh ketika proyek
pembangunan infrastruktur di kota-kota (Hosting
cities) menjadi lahan bagi investor-investor dari dalam maupun luar negeri
untuk menanamkan modalnya. Hasil dari pembangunan tersebut tentu menjadi legacy atau warisan bagi kota-kota
tersebut setelah gelaran Piala Dunia usai. Selain itu, poin kedua tentang
motivasi politik secara tidak langsung juga berorientasi pada citra hosting country sebagai negara yang
stabil sebagai tujuan investasi ekonomi.
Dalam
publikasi Colliers International (Tabel
1), poin pertama dan ketiga dari motivasi hosting
country diposisikan dalam level prioritas tinggi (more important) sejak penyelenggaraan Piala Dunia tahun 1998 di
Prancis dan terus berlanjut hingga Piala Dunia yang direncanakan di Rusia 2018
dan Qatar 2022. Meskipun menjadi prioritas tinggi pertama kali pada
penyelenggaraan tahun 1990 di Italia. Skema
tersebut memperlihatkan bahwa ada tren positif terhadap orientasi kepentingan
ekonomi hosting country pada
penyelenggaraan event Piala Dunia
sejak 1998. Hingga sekarang negara-negara tetap percaya bahwa kepentingan
ekonomi dapat efektif dicapai sebagai hosting
country Piala Dunia. Tren tersebut sekaligus menegaskan bahwa kompetisi
sepakbola Piala Dunia telah dan masih menjadi komoditas bagi publik dari
seluruh dunia.
Menuju Rusia
2018 dan ekspektasi publik terhadap kesuksesan penyelenggaraan
Sejak
terpilih pada Desember 2010 oleh FIFA, Rusia sebagai calon tuan rumah gelaran
Piala Dunia segera melakukan persiapan lebih jauh. Event Piala Dunia jelas menjadi prioritas tinggi bagi pemerintah
Rusia mengingat tren positif kesuksesan yang ada bagi Hosting countries setidaknya dalam tiga gelaran sebelumnya.
Infrastruktur
adalah indikator paling vital dalam mengukur kemampuan Hosting country untuk menggelar event
Piala Dunia. Dalam dokumen Bid Evaluation
Report pada tahun 2010, Rusia mampu mengusulkan enam belas stadium di tiga
belas kota penyelenggara. Jumlah stadium di atas sudah melampaui persyaratan
dari FIFA yakni sejumlah dua belas stadium. Nominal 3,82 Milyar USD adalah dana
yang dibutuhkan untuk renovasi tiga stadium dan konstruksi tiga belas stadium
lainnya. Fasilitas bagi tim kontestan berupa training sites dan hotel juga telah melampaui persyaratan. Dalam
hal akomodasi, Rusia telah menyiapkan 100.000 ruangan melampaui angka 60.000
persyaratan minimum FIFA. Dengan kondisi demikian, kurang lebih 3.141.000 tiket
yang siap dijual telah tersedia bagi publik dari seluruh dunia (FIFA 2010).
Motivasi
kepentingan ekonomi Rusia tampak dalam opini yang diutarakan pemain tim
nasional Rusia Igor Akinfeev yang menjabat sebagai first ambassador Piala
Dunia 2018.
“….Russia will be seen from an entirely new
perspective. As footballers, we travel around the country a lot, but even we
can’t imagine just how rich and colourful Russia is. …..hundreds of thousands
of tourists from right around the world will be visiting Samara, Nizhny
Novgorod, Rostov-on-Don and all the other cities. As they follow their national
teams, supporters will have the opportunity to learn about the culture and
everyday life of Russia's cities. I'm sure they’ll be left with really warm and
vivid impressions of Russia, and many of them will want to come back here again
and again. Last of all, for me, as a footballer, it's particularly important
that the country will be getting new sporting infrastructure,…” (Local
Organising Committee 2012)
Hadirnya ambassador dalam event Piala Dunia sendiri sekaligus sebagai suatu bentuk kampanye yang
dilakukan Hosting country. Kampanye
ini untuk mensosialisasikan Piala Dunia dalam rangka meraih dukungan nasional sekaligus
menguatkan citra positif Hosting country
bagi publik internasional. Maka pemilihan seorang Ambassador merupakan suatu strategi komunikasi publik.
Terdapat
opini publik Rusia yang memandang adanya dampak positif penyelenggaraan Piala
Dunia khususnya dalam ekonomi. Hal ini menjadi faktor pendukung pencapaian
kepentingan ekonomi Rusia. Dalam survei yang dilakukan APNORC pada 2014,
mayoritas publik percaya bahwa menggelar event
olahraga besar yakni Olimpiade musim dingin 2014 dan Piala Dunia 2018 akan
berdampak positif bagi ekonomi Rusia. Tujuh dari sepuluh orang Rusia
berekspektasi bagi image Rusia di
mata internasional. Setengah responden mengatakan Piala Dunia 2018 akan
berdampak positif bagi ekonomi Rusia (APNORC.org 2014).
Dalam
laporan lain, Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (WCIOM) pada 2012 menunjukkan
hasil survei terhadap 1600 responden dari 42 wilayah tentang ekspektasi
terhadap manfaat terpenting penyelenggaraan Piala Dunia di negara mereka. [3]
Hasil menunjukkan bahwa manfaat terpenting adalah pembangunan fasilitas
olahraga baru (53%), kemajuan olahraga bagi anak-anak dan remaja (30%),
pembangunan upgrading infrastruktur
hotel, jalanan dan Bandar udara (29%), menarik turis internasional (28%), hosting cities akan lebih nyaman dan
menarik (26%), peningkatan image dan standing Rusia di arena global (23%),
penghargaan dan kepercayaan diri masyarakat Rusia (22%), peningkatan investasi
olahraga dan infrastruktur sosial (18%), peningkatan investasi dalam ekonomi
negara (9%) dan insentif bagi bisnis kecil dan menengah untuk tumbuh sebesar 7%
(Local Organising Committee 2012) .
Suatu
dukungan dari publik Rusia sendiri mendemonstrasikan ekspektasi yang besar bagi
tujuan ekonomi Rusia dalam event
Piala Dunia. Mayoritas ekspektasi yang ada berkisar pada capaian infrastruktur,
image dan investasi ekonomi. Dengan
demikian hal ini menjadi satu faktor pendorong dicapainya kepentingan ekonomi
oleh Hosting country. Mengingat
kesuksesan penyelenggaraan di Brazil meski diwarnai aksi demonstrasi publik,
penyelenggaraan di Rusia pada 2018 lebih meyakinkan untuk sukses dari segi
dukungan publik. Hal ini karena dukungan publik yang signifikan bersumbangsih
bagi stabilnya pelaksanaan kebijakan Hosting
country maupun hosting cities di
internal Rusia terkait persiapan event
Piala Dunia. Opini publik yang positif juga menjadi indikator bagi stabilitas
sosial di internal negara Rusia.
Daya tarik Hosting
cities, kebijakan pemerintah dan pencapaian kepentingan ekonomi
Pada September 2012, FIFA akhirnya
menyetujui dua belas stadium di sebelas Kota Rusia setelah melalui proses
seleksi yang melibatkan Local Organizing
Committee. Sebelas kota tersebut adalah Kaliningrad, Kazan, Moscow, Nizhny
Novgorod, Rostov-on-Don, Saint Petersburg, Samara, Saransk, Sochi, Volgograd
dan Yekaterinburg (Local Organising Committee 2012). Terpilihnya
Hosting cities tersebut mensinyalkan
adanya hasil dari program pengembangan infrastruktur yang sudah dan sedang
berjalan di wilayah ataupun kota-kota tersebut.
Faktor yang dapat membuat Rusia sukses secara ekonomi sebagai tuan
rumah penyelenggaraan Piala Dunia adalah pemanfaatan dan maksimalisasi kekayaan
dan keragaman budaya yang dimiliki sebagai pendorong pendapatan ekonomi di
bidang pariwisata. Menuju 2018, daya tarik kebudayaan kota-kota Rusia penting
di samping terpenuhinya syarat infrastruktur di kota penyelenggara. Hal ini
guna melihat potensi yang meningkatkan capaian ekonomi Hosting country di bidang pariwisata. Hosting cities yang berpotensi dalam pariwisata di antaranya adalah
Moskow, Saint Petersburg, Kazan, Sochi, Novgorod dan Yekaterinburg. Keenam kota
yang merupakan Hosting cities tersebut
menurut Russian National Tourist Office
termasuk dalam sepuluh lokasi destinasi teratas untuk dikunjungi di antara lokasi-lokasi
di Rusia (Russia National Tourist Office 2015).
Umumnya Rusia memiliki objek-objek wisata berupa arsitektur, monumen atau
bangunan yang indah juga bersejarah sehingga mampu menarik bagi turis. Berikut
adalah objek-objek pariwisata yang dapat mendongkrak angka turis bersamaan
dengan penyelenggaraan Piala Dunia di Kota-kota tersebut;
Tabel 2 : Objek-objek pariwisata populer di enam
kota penyelenggara Piala Dunia di Rusia
Kota
|
Objek-objek
pariwisata
|
Moskow
|
Kremlin,
Red Square, Lenin Russian State Library, Stalin Skyscrapers
|
Saint
Petersburg
|
Kuntscamera
Museum, Monument of Peter the Great, Palace Square, Mariinsky Theatre
|
Kazan
|
Kazan
Kremlin, Raifsky Bogoroditsky Cathedral, the
modern Qolsharif Mosque
|
Sochi
|
Olympic
complex, Health resort
|
Novgorod
|
Veliky,
Sofiysky cathedral
|
Yekaterinburg
|
the Museums
of Local Lore and Art History, Traditional
Orthodox churches, Keyboard Museum
|
Sumber : Russia National Tourist Office
Rusia
punya catatan baik dalam hal pemasukan dari sektor pariwisata. Pada tahun 2013,
Rusia menjadi destinasi favorit urutan kesembilan di dunia dengan jumlah turis
yang datang sebanyak 28,4 juta orang. Angka tersebut meningkat 10,2 persen dari
tahun sebelumnya. Pengeluaran yang dihasilkan turis internasional di tahun
tersebut mencapai 53,5 Milyar USD. Angka pemasukan Rusia dari turis tersebut
berada di posisi keempat hanya kalah dari China, Amerika Serikat dan Jerman (UNWTO 2014).
Moskow sebagai
ibukota, selain dapat merepresentasikan kekayaan budaya yang menarik bagi turis
internasional, stadium Luzhniki di Moskow direncanakan sebagai tempat
berlangsungnya pertandingan pembuka, semi-final dan final Piala Dunia. Hal ini
mutlak menjadi faktor penting Moskow sebagai destinasi utama turis dalam
gelaran Piala Dunia nanti. Dengan demikian potensi keuntungan ekonomi di Moskow
dapat dikatakan paling besar di antara kota-kota penyelenggara Piala Dunia.
Di
samping daya tarik kebudayaan, pendorong pencapaian ekonomi juga datang dari
kebijakan pemerintah Hosting country.
Dari data terbaru yang diperoleh penulis, setidaknya terdapat beberapa
kebijakan pemerintah Rusia terkait Piala Dunia. Kebijakan pertama adalah membebaskan visa
bagi atlet dan supporter Piala Dunia.
Kebijakan ini jelas lebih menarik jumlah orang-orang dari seluruh dunia untuk
datang ke Rusia dengan lebih mudah. Semakin banyak orang yang datang maka
semakin besar potensi bagi pengeluaran terutama ke sektor pariwisata. Presiden Putin
menuturkan bahwa kebijakan ini adalah yang pertama dalam sejarah sepakbola (RBTH 2014).
Kebijakan
lain yakni membuka maskapai asing untuk penerbangan domestik. Menteri
Perhubungan Rusia Maksim Sokolov menyatakan dalam sidang dewan pengawas panitia
Piala Dunia 2018 pada Oktober 2014. Bahwa dengan
memperhitungkan jumlah pengunjung yang akan datang, Kementerian Perhubungan Rusia
berencana memberikan izin kepada para maskapai penerbangan asing untuk
melakukan penerbangan carter domestik di wilayah Rusia selama kejuaraan
tersebut berlangsung. Adapun jalur penerbangan mereka dibatasi hanya antara
kota-kota penyelenggara pertandingan dengan kota-kota tempat para tamu dan
atlet menginap (Karnauh 2014).
Kebijakan
pemerintah ini memastikan layanan penerbangan kelas bisnis bagi 1,8 juta
penumpang selama Piala Dunia di antara sebelas kota. Jumlah tersebut termasuk
pihak FIFA (terdiri dari delegasi FIFA, tamu resmi dan VIP, serta perwakilan
media massa), 85 persen penonton asing, dan setengah dari pendukung Rusia yang
berasal dari berbagai wilayah. Perizinan melakukan penerbangan
domestik dalam wilayah Rusia akan diberikan kepada perusahaan-perusahaan
penerbangan asing jika perusahaan lokal Rusia tidak menyanggupi tawaran serupa
dalam waktu yang telah ditentukan atau menyetujui hal tersebut. Namun, ada satu
syarat lagi yang harus dipenuhi, yakni pemberian izin serupa dari pemerintah
asing kepada para maskapai penerbangan Rusia. Kebijakan ini juga menghindarkan
maskapai Rusia dari pengeluaran biaya-biaya tambahan seperti pembelian atau
melakukan penyewaan pesawat-pesawat baru, persiapan awak pesawat tambahan,
serta asuransi (Karnauh 2014).
Pemerintah Rusia juga berencana akan memotong anggaran terkait
pembangunan infrastruktur di untuk Piala Dunia sebesar 477 Juta USD. Hal ini
untuk mengejar efisiensi dalam pencapaian keuntungan ekonomi pada saat krisis
ekonomi sedang terjadi. Menurut menteri olahraga Rusia Vitaly Mutko Rusia tak butuh hotel
mewah yang hanya akan kosong setelah Piala Dunia berakhir. Meskipun demikian rencana
pemotongan anggaran ini tak akan berdampak terhadap kapasitas akomodasi yang
ditawarkan bagi para penggemar sepak bola
yang hendak menonton Piala Dunia. Rusia dan FIFA telah menyepakati
akan mengikuti persyaratan minimum terkait akomodasi di tiap wilayah untuk tim
nasional, wasit, perwakilan keluarga FIFA, tamu-tamu FIFA, jurnalis, dan
lain-lain (RBTH 2015).
Tantangan menuju Piala Dunia 2018
Dinamika sosial
politik secara langsung berpengaruh pada suksesnya penyelenggaraan event Piala Dunia. Persiapan
infrastruktur yang matang harus pula didukung oleh kondisi sosial-politik di
internal negara penyelenggara maupun di luar negeri. Hal itu untuk menjamin
penyelenggaraan Piala Dunia dapat berlangsung dengan aman. Beberapa event olahraga dalam sejarah pernah
mendapat aksi boikot maupun protes oleh sipil maupun negara misalnya Olimpiade
tahun 1980, Olimpiade 1984, Olimpiade 2008 dan Piala Dunia tahun 2014 lalu.
Meski tak sempat membuat event
tersebut gagal terlaksana, protes atau boikot tersebut tentu akan berpengaruh
pada kesuksesan penyelenggaraan termasuk pada pencapaian kepentingan ekonomi.
Jika salah satu negara peserta memboikot gelaran olahraga tertentu, maka
kuantitas pengunjung juga akan berkurang dari tidak berpartisipasinya negara
tersebut.
Menuju tahun 2018
dimana event Piala Dunia akan digelar
pada 14 Juni hingga 15 Juli, penolakan dari Amerika Serikat maupun Ukraina bagi
Rusia untuk menjadi Hosting country
adalah tantangan yang paling signifikan. Penolakan ditunjukkan oleh surat yang
dikirim ke Presiden FIFA Sepp Blatter oleh tiga belas senator AS pada 31 April
2015. Boikot ini dilatarbelakangi oleh krisis politik yang terjadi di Krimea
(Ukraina) yang melibatkan militer Rusia di teritori Ukraina (Setyo 2015).
Sikap serupa ditunjukkan Presiden Ukraina Petro Poroshenko yang menolak gelaran
2018 di Rusia serta mengajak negara-negara sekutunya untuk bersikap sama;
“I think there has to be
discussion of a boycott of this World Cup. As long as there are Russian troops
in Ukraine I think a World Cup in that country is unthinkable” (Reuters 2015).
Sikap memboikot event Piala Dunia 2018 nanti tampak jelas sebagai
sebuah kepentingan politik Amerika Serikat maupun Ukraina untuk mengatasi
krisis di wilayah Krimea Ukraina.
Berseberangan dengan
ekspektasi dan opini publik masyarakat Rusia, aksi boikot ini jelas menjadi
hambatan dalam penyelenggaraan event
Piala Dunia 2018 beserta bagi pencapaian kepentingan ekonomi Rusia. Hambatan
yang ada jelas bahwa jika gelaran 2018 nanti mendapat aksi boikot dari negara
Amerika Serikat, Ukraina maupun sekutunya maka potensi kuantitas turis yang
berkunjung ke Rusia juga akan menurun. Selain itu citra Rusia di mata publik
internasional juga dapat terganggu. Namun tren suksesnya penyelenggaraan banyak
event olahraga besar sebelumnya menandakan
bahwa banyaknya tantangan dan tekanan tak mampu membuat penyelenggaraannya
batal. Apalagi dalam hal ini, hampir semua pihak yaitu kebanyakan negara
peserta maupun FIFA sebagai organisasi induk sepakbola bersepakat bahwa
olahraga harus terlepas dari semua kepentingan politik apalagi intervensi.
Sehingga besar kemungkinan suatu mega-event
apalagi Piala Dunia tetap akan terlaksana.
Penutup
Piala Dunia hingga
kini masih menjadi suatu event yang masif
bagi aktifitas ekonomi yang signifikan. Mulai dari persiapan sampai
penyelenggaraan berakhir, efek dari transaksi ekonomi yang terjadi sangat bisa
mempengaruhi negara penyelenggara dalam berbagai manfaat yang dapat diraih
terutama keuntungan ekonomi.
Jelang perhelatan
di Rusia pada 2018, potensi tersebut masih dapat diamati lewat persiapan yang ada
dan bagaimana Hosting country berusaha
memaksimalkan pencapaian kepentingan ekonomi. Dengan mengusahakan
terselenggaranya Piala Dunia di Rusia, pada saat itu pula kepentingan ekonomi Hosting country akan bisa diraih. Selama
olahraga dan Piala Dunia khususnya masih menjadi hiburan teratas bagi publik di
seluruh dunia.
Daftar Pustaka
Buku :
Charles Santo ; Gerard Mildner. "Sport And
Public Policy : Social, Political And Economic Perspectives." In Economic
Impact of Sport Stadiums, Teams, and Events, by Charles Santo, 268.
Champaign: Human Kinetics, 2010.
Cottle, Eddie. A Preliminary Evaluation of The
Impact of The 2010 FIFA World Cup TM : South Africa. Swiss Labour
Assistance, 2010.
Ernst, and Young. Sustainable Brazil Social and
Economic Impacts of the 2014 World Cup. Brazil: Branding and Communication
Department of Ernst & Young Brazil, 2011.
Marx, Karl. A Contribution to the Critique of
Political Economy. Moscow: Progress Publishers, 1999.
Todter, Norbert. The 2006 FIFA World Cup : and
it's effect on the image and economy of germany. Frankfurt: German National
Tourist Board, 2006.
Whannel, Garry. Culture, Politics and Sport :
Blowing the Whistle, Revisited. New York: Routledge, 2008.
Dokumen :
Boettcher, Walter, and Roger Hobkinson. "FIFA
World Cup 2014 : Brazilian Goals." Colliers. May 2014.
http://www.colliers.com/-/media/AABE48CE722C462BAC4169AAD920ADA9.ashx (accessed
April 8, 2015).
2014 Brazil Local Organising Committee.
"Welcome to Brazil!" export.gov. 6 11, 2014. http://export.gov/brazil/build/groups/public/@eg_br/documents/webcontent/eg_br_054867.pdf
(accessed April 7, 2015).
2018 Russia Local Organising Committee. "2018
FIFA World Cup Russia." FIFA. 2012.
http://resources.fifa.com/mm/document/tournament/loc/02/07/81/59/2012-annual-report_eng.pdf
(accessed April 7, 2015).
FIFA. "2018 FIFA World Cup Bid Evaluation
Report: Russia." FIFA. September 30, 2010.
http://www.fifa.com/mm/document/tournament/competition/01/33/74/52/b5ruse.pdf
(accessed April 5, 2015).
—. "Evaluation reports on the bids for the
2018 and 2022 FIFA World Cups™." FIFA.com. September 30, 2010.
http://www.fifa.com/mm/document/tournament/competition/01/33/59/45/bid_evaluation_report_1911.pd
(accessed April 9, 2015).
Paula, Marilene De. "The 2014 World Cup In
Brazil: Its Legacy And Challenges." Solidar Suisse. October 2014. http://www.solidar.ch/data/seiten/88A238F7/Study_World_Cup_Brazil.pdf
(accessed April 7, 2015).
South Africa Tourism. "Impact of 2010 FIFA
World Cup." South Arican Tourism. December 2010. https://tkp.tourism.gov.za/documents/impact%20of%202010%20fifa%20world%20cup.pdf
(accessed April 7, 2015).
UNWTO. UNWTO Annual Report : A Year Of Recovery
2010. Madrid: World Tourism Organization, 2011.
—. "UNWTO Tourism Highlights, 2014
Edition." Tourism Trends and Marketing Strategies UNWTO. 2014.
dtxtq4w60xqpw.cloudfront.net/sites/all/files/pdf/unwto_highlights14_en_hr_0.pdf
(accessed April 18, 2015).
Website :
APNORC.org. Public Opinion in Russia: Attitudes
Toward Hosting The 2014 Olympics and 2018 World Cup . 2014.
http://www.apnorc.org/projects/Pages/HTML%20Reports/public-opinion-in-russia-attitudes-toward-hosting-the-olympics-and-world-cup.aspx#image
(accessed April 16, 2015).
BuaNews. World Cup’s boost for GDP higher than
expected. 7 23, 2010. http://www.sa2010.gov.za/en/node/3359 (accessed 4 7,
2015).
RBTH Indonesia. Rusia Berencana Potong Anggaran
Piala Dunia 2018. April 8, 2015.
indonesia.rbth.com/news/2015/04/08/rusia_berencana_potong_anggaran_piala_dunia_2018_27381.html
(accessed May 9, 2015).
—. Rusia Terapkan Bebas Visa bagi Altet dan
Suporter Piala Dunia 2018. July 11, 2014.
http://indonesia.rbth.com/news/2014/07/11/rusia_terapkan_bebas_visa_bagi_altet_dan_suporter_piala_dunia_2018_24345.html
(accessed May 9, 2015).
JPNN.com. Skuat Jerman Banjir Hadiah. July
16, 2014. http://www.jpnn.com/read/2014/07/16/246469/Skuat-Jerman-Banjir-Hadiah
(accessed April 9, 2015).
Karnauh, Maria. Piala Dunia 2018, Maskapai
Asing Boleh Buka Penerbangan Domestik di Rusia. December 2, 2014.
indonesia.rbth.com/economics/2014/12/02/piala_dunia_2018_maskapai_asing_boleh_buka_penerbangan_domestik_di_26145.html
(accessed May 10, 2015).
Russia National Tourist Office. Top 10
Locations in Russia. n.d.
http://www.visitrussia.org.uk/travel-to-Russia/toplocations (accessed May 8,
2015).
PandittFootball, Redaksi. Dampak Positif Piala
Dunia Brazil 2014. April 9, 2014.
http://panditfootball.com/cerita/dampak-positif-piala-dunia-brazil-2014/
(accessed April 7, 2015).
Reuters. Poroshenko Calls on Allies to Boycott
2018 World Cup in Russia. March 26, 2015.
http://russia-insider.com/en/2015/03/26/4993 (accessed May 8, 2015).
Setyo. Intervensi Politik? AS Hasut FIFA
Batalkan Piala Dunia di Rusia. April 2, 2015.
http://m.sepakbola.com/2015/04/intervensi-politik-as-harap-rusia-tak-jadi-penyelenggara-piala-dunia
(accessed April 4, 2015).
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, berilah masukan yang positif :-)