Kepentingan Ekonomi Hosting Country Dalam Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA : Menuju Rusia 2018



Kepentingan Ekonomi Hosting Country Dalam Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA :
Menuju Rusia 2018[1]
Rial Ashari Bahtiar

Abstraksi
Tulisan ini mendeskripsikan Piala Dunia FIFA (men’s football world cup) sebagai mega-event olahraga bagi publik internasional. Antusias publik pada Piala Dunia menarik orang-orang dari seluruh dunia untuk datang menyaksikan langsung pertandingan-pertandingan dalam gelaran ini. Dalam penyelenggaraannya event ini kemudian mampu menjadi sarana mencapai kepentingan ekonomi bagi Hosting country (negara penyelenggara) terutama dalam bidang pariwisata. Tren tersebut berlanjut hingga kini menjelang gelaran tahun 2018. Menuju penyelenggaraan di Rusia, terdapat faktor-faktor yang menjadi pendukung maupun penghambat capaian kepentingan ekonomi. Didukung oleh kuatnya ekspektasi publik bagi pencapaian Rusia sebagai Hosting country, potensi internal Rusia sekaligus menunjukkan adanya peluang bagi kesuksesan penyelenggaraan.

Kata-kata kunci : Piala Dunia; Kepentingan ekonomi; Hosting country; Rusia; Pariwisata.


Pendahuluan
Piala Dunia FIFA (men’s football World Cup) merupakan mega-event olahraga yang selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat internasional dan diselenggarakan setiap empat tahun. Kesuksesan penyelenggaraannya akan membawa kebanggaan dan reputasi bagi negara penyelenggara (hosting country) maupun tim nasional yang tampil di pergelaran ini. Popularitas Piala Dunia kini tak hanya sebatas kompetisi sepakbola yang dapat dipertontonkan sebagai hiburan. Animo besar publik untuk menyaksikan pertandingan-pertandingan Piala Dunia secara langsung menjadi peluang besar bagi negara penyelenggara untuk menjadikan ajang ini sebagai instrumen untuk mencapai kepentingan Ekonomi. Setidaknya dalam tiga kali penyelenggaraan Piala Dunia terakhir (tahun 2006, 2010 dan 2014), ajang tersebut selalu mengindikasikan adanya motif kepentingan ekonomi bagi hosting country dalam bidang pariwisata dan ekonomi lokal.
Sebagai perbandingan, tercatat pemasukan pada penyelenggaraan Piala Dunia Jerman 2006 adalah sebesar Satu Milyar Euro hanya dari sektor pariwisata belum termasuk penjualan tiket pertandingan, hak siar televisi dan pemasukan dari sponsor. Pendapatan sebesar 37 Milyar USD diperoleh hosting country dengan hadirnya 5 juta orang dari seluruh dunia ke kota-kota di Jerman. Angka yang besar tersebut menaikkan Gross Domestic Product (Pendapatan Domestik Bruto) Jerman sebesar 0,5 persen  selama turnamen berlangsung  (Local Organising Committee 2014). Dalam laporan World-Cup Audit dari AIESEC-Leipzig, selama penyelenggaraan group-stage (penyisihan grup) Piala Dunia 2006, angka penilaian dari semua indikator termasuk keamanan dan transportasi publik mencapai lebih dari delapan dalam skala satu sampai sepuluh (Todter 2006). Indikator tersebut menunjukkan kualitas persiapan yang dilakukan Jerman sebagai tuan rumah seperti infrastruktur, pelayanan publik dan pengamanan selama turnamen berlangsung.
Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA empat tahun setelahnya yaitu pada 2010 lebih menarik perhatian masyarakat Internasional. Terpilihnya Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia menjadi momentum yang menandai Piala Dunia pertama kali diselenggarakan di benua Afrika. Pada awalnya banyak kalangan menilai penyelenggaraan Piala Dunia 2010 tak akan sukses karena event ini membutuhkan infrastruktur yang memadai maupun jaminan akan keamanan untuk menghelat pertandingan-pertandingan besar. Sementara itu Afrika Selatan yang terpilih oleh FIFA sebagai tuan rumah justru punya citra buruk di mata dunia dengan sejarahnya yang diwarnai oleh perang, korupsi, apartheid dan kemiskinan. Meski sempat terkendala dalam masa pembangunan infrastruktur, pada akhirnya Afrika Selatan mampu merampungkan persiapan sebelum Piala Dunia dimulai.
Penyelenggaraan event ini serta merta menghasilkan keuntungan ekonomi bagi tuan rumah. Angka Gross Domestic Product meningkat satu persen selama kompetisi berlangsung  (BuaNews 2010). Keuntungan ekonomi Afrika Selatan terutama datang dari sektor pariwisata. Lebih dari 300 ribu turis asing datang ke Afrika Selatan untuk tujuan utama menyaksikan Piala Dunia dengan total pengeluaran 3,64 Milyar Rand (lebih dari 38,6 Triliun Rupiah).[2] Selain itu menurut survei yang dilakukan South Africa Tourism, secara global terdapat peningkatan signifikan dari merek dagang Afrika Selatan pasca Piala Dunia  (South Africa Tourism 2010). Bahkan dalam laporan tahunan World Tourism Organisation 2010, event ini mampu mendongkrak angka kunjungan turis di kawasan Afrika sebesar tujuh persen dari tahun sebelumnya menjadi 49 juta pengunjung. Piala Dunia juga meningkatkan pemasukan ekonomi kawasan Afrika sebesar empat persen menjadi 32 Milyar USD  (UNWTO 2011).
Penyelenggaraan Piala Dunia tahun 2014 di Brazil juga tak lepas dari motif kepentingan ekonomi oleh pemerintah. Dalam seremoni FIFA di Zurich 30 Oktober 2007, presiden Brazil Luis Lula Da Silva dengan jelas menyatakan intensi negaranya dalam pidato penerimaan Brazil sebagai tuan rumah terpilih Piala Dunia 2014.
Here we are assuming responsibility as a nation, as the Brazilian State, to prove to the world that we have a stable, growing economy, that we are a country that has reached stability. We are a country that has many problems, yes, but the people in our country are determined to solve these problems (Paula 2014).
Dalam perjalanannya terdapat polemik dalam proses menuju penyelenggaraan event ini yaitu demonstrasi rakyat Brazil yang menganggap anggaran yang disalurkan pemerintah untuk Piala Dunia terlalu besar sementara anggaran besar tersebut bisa disalurkan ke sektor pendidikan dan kesehatan  (PandittFootball 2014). Namun tetap dilanjutkannya persiapan penyelenggaraan menunjukkan event Piala Dunia adalah prioritas pemerintah Brazil untuk disukseskan.
Ernst & Young (2011) dalam publikasinya memprediksikan gelaran kompetisi ini akan menghasilkan 3,63 juta pekerjaan per tahun dan 83,48 Milyar Dollar Real pendapatan bagi populasi brazil dalam periode 2010-2014. Di samping itu juga menghasilkan 18,13 Milyar Dollar Real pajak tambahan. Angka-angka estimasi tersebut kemudian menegaskan bahwa meski dalam gelaran Piala Dunia terdapat tantangan tersendiri, event ini selalu menunjukkan prospek untuk meraup keuntungan ekonomi bagi Hosting country.
Angka yang masif terdapat dalam pencapaian kepentingan ekonomi di tiap penyelenggaraan Piala Dunia FIFA. Hal ini membuat event Piala Dunia tiap empat tahunnya menjadi fenomena internasional yang menarik untuk diamati. Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana event Piala Dunia FIFA menjadi sarana kepentingan ekonomi terutama dalam bidang pariwisata bagi Hosting country termasuk bagi Rusia yang akan menjadi tuan rumah pada gelaran tahun 2018.
Olahraga sebagai komoditas
Secara sederhana, komoditas diartikan sebagai segala sesuatu yang dibutuhkan, berguna dan memberikan kesenangan  (Marx 1999). Dari definisi tersebut, komoditas pastilah sesuatu yang akan dicari dan dibeli masyarakat. Dengan cara demikian menyediakan komoditas terus-menerus berarti memperbesar peluang bagi diperolehnya pendapatan ekonomi secara maksimal.
Sementara kemajuan teknologi dan media massa serta industrialisasi ekonomi terjadi. Di saat bersamaan dan dengan posisi saling mempengaruhi, olahraga yang merupakan sebuah produk kebudayaan manusia menjadi lebih identik sebagai sebuah komoditas baru. Olahraga sebagai komoditas mencirikan pertandingan-pertandingan olahraga menjadi sesuatu yang patut diberi harga dan dikomersialkan. Hal ini terjadi ketika pertandingan-pertandingan olahraga punya kualitas permainan yang ingin disaksikan publik. Popularitas olahraga hingga mampu menjadi sebuah komoditas baru ditunjang oleh produksi wacana di televisi, majalah, website serta penciptaan ikon-ikon olahraga seperti pemain dan klub favorit.
Hadirnya berbagai jenis kompetisi olahraga terutama sepakbola di hampir setiap negara menjadi satu tempat bagi bergeraknya transaksi ekonomi. Akan tetapi perolehan pendapatan ekonomi bukan hanya dari penjualan tiket pertandingan. Proses dinamis dari ekonomi kapital secara konstan akan menemukan cara-cara baru dalam mengubah praktek-praktek olahraga menjadi seperangkat komoditas yang dapat dipertukarkan dan menghasilkan laba  (Whannel 2008). Konsumsi masyarakat pada hal-hal yang terkait dengan kesenangannya pada olahraga menjadikan event olahraga semisal Piala Dunia pada tahap ini mampu memberi dampak ekonomi bagi hosting country.
Dampak ekonomi (economic impact) mengacu pada ukuran pengeluaran, pendapatan maupun penyediaan pekerjaan (employment) yang diasosiasikan pada sektor ekonomi atau proyek khusus (Charles Santo;Gerard Mildner 2010). Pengeluaran yang dilakukan penonton (spectator) Piala Dunia pada satu sektor ekonomi akan mengakibatkan gelombang aktifitas pada sektor lain yang terkait. Event Piala Dunia akan menarik orang-orang dari luar kota atau negara penyelenggara dan tinggal di lokasi turnamen. Selain untuk tiket pertandingan, pengeluaran juga dihasilkan untuk hotel, restoran, jasa kesehatan, transportasi, biaya telekomunikasi dan ongkos pengeluaran untuk barang maupun jasa lainnya dari penyuplai lokal. Selain itu pemerintah lokal akan menerima pajak dari penyelenggaraan event ini. Lapangan pekerjaan juga akan terbuka bagi masyarakat lokal. Lapangan pekerjaan yang dimaksud mulai dari official turnamen, tenaga pekerja bagi pembangunan infrastruktur (stadium dan sarana transportasi), jurnalis lokal, pedagang merchandise dan pernak-pernik piala dunia dan sebagainya. Pada Piala Dunia 2010 ekspektasi untuk new jobs yang mampu disediakan bagi masyarakat mencapai 170 ribu (Local Organising Committee 2014).
Piala Dunia sebagai mega-event olahraga
Setidaknya ada tiga faktor yang menjadikan Piala Dunia disebut sebagai mega-event. Pertama, secara ekonomi Piala Dunia adalah kompetisi olahraga yang diselenggarakan dengan biaya sangat besar. Total biaya penyelenggaraan Piala Dunia 2014 di Brazil adalah 13.354.565 USD. Biaya tersebut digunakan diantaranya untuk membangun dua belas stadion di dua belas kota, telekomunikasi, pengamanan publik, bandar udara dan pelayanan publik lainnya  (Paula 2014). Sementara di Afrika Selatan pada tahun 2010, estimasi total pengeluaran biaya untuk event Piala Dunia sebesar 55,3 Milyar Rand  (Cottle 2010).
Selain itu Piala Dunia juga menyediakan dana besar untuk para kontestan yang tampil terutama bagi tim yang menjadi juara. Tim nasional Spanyol dan Jerman yang menjuarai Piala Dunia tahun 2010 dan 2014 meraup hadiah 32 Juta USD dan 35 Juta USD (JPNN.com 2014).
Kedua, tim nasional yang bertanding merepresentasikan identitas kebangsaan dan negara asalnya sehingga tim yang memenangkan pertandingan tentu akan membawa kebanggaan pada tim dan warga negaranya. Hanya di Piala Dunia FIFA tim nasional yang memenangkan kejuaraan akan berstatus ‘juara dunia’. Kompetisi sepakbola kemudian dijadikan saluran untuk mendemonstrasikan kecintaan terhadap bangsa dan negara mereka di mata internasional. Secara kapasitas ekonomi ataupun modernitas infrastruktur dalam negeri, Argentina dan Brazil mungkin kalah dari Amerika Serikat dan Jepang. Tetapi kebanggaan dan superioritas dimiliki Brazil maupun Argentina yang sudah memenangi kejuaraan lebih dari satu kali.  Bahkan Brazil adalah negara dengan raihan trofi juara terbanyak yaitu lima kali. Sementara itu negara dengan kekuatan ekonomi seperti Amerika Serikat ataupun jepang bahkan belum pernah tampil di pertandingan final.
Ketiga, Piala Dunia menjanjikan pertandingan dengan kualitas tontonan terbaik dari para kontestan. Tim yang tampil adalah tim yang melolosi pertandingan-pertandingan kualifikasi dan berarti paling cemerlang dari segi permainan. Para kontestan akan mengeluarkan kemampuan terbaik dengan motivasi ganda yaitu reputasi sebagai ‘juara dunia’ atau setidaknya bisa mengalahkan tim nasional lain, ditambah dorongan untuk memenangkan hadiah yang besar.
Ketiga faktor di atas secara bersamaan mewujudkan image Piala Dunia sebagai hiburan teratas kompetisi olahraga. Manifestasi dari hal tersebut adalah antusias publik internasional untuk datang ke negara tuan rumah demi menyaksikan langsung pertandingan Piala Dunia. Pengunjung yang datang tidak hanya dari negara-negara kontestan Piala Dunia tapi dari berbagai negara. Dari sinilah peluang besar bagi negara penyelenggara yang terpilih untuk mempersiapkan ajang Piala Dunia sebagai magnet bagi pemasukan di bidang pariwisata dan ekonomi lokal.
Kepentingan menjadi Hosting Country
Pemilihan Hosting country pada tiap penyelenggaraan event Piala Dunia dilakukan melalui pemungutan suara oleh FIFA sebagai organisasi induk sepakbola dunia. Sebelum terpilih, negara-negara yang ingin menjadi tuan rumah harus melalui proses pengajuan penawaran atau bidding process ke FIFA. Proses ini mengartikan bahwa negara-negara menganggap kesempatan untuk menjadi hosting country adalah suatu peluang yang langka mengingat event ini hanya dilangsungkan empat tahun sekali. Untuk Piala Dunia 2018, negara-negara yang melakukan pengajuan penawaran (bidding nations) adalah Inggris, Belanda bersama Belgia, Spanyol bersama Portugal dan Rusia sebagai pemenang. Sedangkan bidding nations untuk penyelenggaraan tahun 2022 diantaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Australia, Korea Selatan dan Qatar sebagai pemenang (FIFA 2010).
Hobkinson (2014) mengemukakan empat motivasi inti suatu negara untuk menjadi Hosting country dalam Piala Dunia. Pertama, meningkatkan profil atau branding dan marketing bagi kota maupun negara. Kedua, mendemonstrasikan modernitas dan menegaskan peran politik di regional maupun internasional. Ketiga, membangun proyek infrastruktur dan real estate untuk mendukung strategi pembangunan nasional, regional dan ekonomi kota. Keempat, mempromosikan partisipasi dan manfaat olahraga serta hidup sehat.
Tabel.1 : Main reasons for hosting world cups (1970-2022)

Motivasi inti (Level of Importance)
Negara dan tahun Penyelenggaraan
Profile (1)
Political
(2)
Urban Development (3)
Sport
(4)
Mexico (1970)
Medium
Medium
Less
More
Jerman Barat (1974)
Medium
Medium
Less
More
Argentina (1978)
Medium
Medium
Less
More
Spanyol (1982)
Medium
Medium
Less
More
Mexico (1986)
Medium
Medium
Less
More
Italia (1990)
More
Less
More
More
AS (1994)
More
Less
Less
More
Prancis (1998)
More
Less
More
More
Korea-Jepang (2002)
More
Less
More
More
Jerman (2006)
More
Less
More
More
Afrika Selatan (2010)
More
More
More
More
Brazil (2014)
More
More
More
More
Rusia (2018)
More
More
More
More
Qatar (2022)
More
More
More
Less
Sumber : Colliers International
Dua dari empat poin yang disebutkan di atas (poin pertama dan ketiga) berorientasi langsung pada kepentingan ekonomi Hosting country. Poin pertama yaitu profile menjelaskan bahwa kepentingan ekonomi yang dimaksud bukan hanya berupa dampak langsung pada saat event diselenggarakan. Branding yang dimiliki suatu negara dapat berefek jangka panjang untuk citra negara tersebut bagi tujuan pariwisata favorit turis internasional. Sementara itu poin ketiga diperoleh ketika proyek pembangunan infrastruktur di kota-kota (Hosting cities) menjadi lahan bagi investor-investor dari dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya. Hasil dari pembangunan tersebut tentu menjadi legacy atau warisan bagi kota-kota tersebut setelah gelaran Piala Dunia usai. Selain itu, poin kedua tentang motivasi politik secara tidak langsung juga berorientasi pada citra hosting country sebagai negara yang stabil sebagai tujuan investasi ekonomi.
Dalam publikasi Colliers International (Tabel 1), poin pertama dan ketiga dari motivasi hosting country diposisikan dalam level prioritas tinggi (more important) sejak penyelenggaraan Piala Dunia tahun 1998 di Prancis dan terus berlanjut hingga Piala Dunia yang direncanakan di Rusia 2018 dan Qatar 2022. Meskipun menjadi prioritas tinggi pertama kali pada penyelenggaraan tahun 1990 di Italia. Skema tersebut memperlihatkan bahwa ada tren positif terhadap orientasi kepentingan ekonomi hosting country pada penyelenggaraan event Piala Dunia sejak 1998. Hingga sekarang negara-negara tetap percaya bahwa kepentingan ekonomi dapat efektif dicapai sebagai hosting country Piala Dunia. Tren tersebut sekaligus menegaskan bahwa kompetisi sepakbola Piala Dunia telah dan masih menjadi komoditas bagi publik dari seluruh dunia.
Menuju Rusia 2018 dan ekspektasi publik terhadap kesuksesan penyelenggaraan
Sejak terpilih pada Desember 2010 oleh FIFA, Rusia sebagai calon tuan rumah gelaran Piala Dunia segera melakukan persiapan lebih jauh. Event Piala Dunia jelas menjadi prioritas tinggi bagi pemerintah Rusia mengingat tren positif kesuksesan yang ada bagi Hosting countries setidaknya dalam tiga gelaran sebelumnya.
Infrastruktur adalah indikator paling vital dalam mengukur kemampuan Hosting country untuk menggelar event Piala Dunia. Dalam dokumen Bid Evaluation Report pada tahun 2010, Rusia mampu mengusulkan enam belas stadium di tiga belas kota penyelenggara. Jumlah stadium di atas sudah melampaui persyaratan dari FIFA yakni sejumlah dua belas stadium. Nominal 3,82 Milyar USD adalah dana yang dibutuhkan untuk renovasi tiga stadium dan konstruksi tiga belas stadium lainnya. Fasilitas bagi tim kontestan berupa training sites dan hotel juga telah melampaui persyaratan. Dalam hal akomodasi, Rusia telah menyiapkan 100.000 ruangan melampaui angka 60.000 persyaratan minimum FIFA. Dengan kondisi demikian, kurang lebih 3.141.000 tiket yang siap dijual telah tersedia bagi publik dari seluruh dunia (FIFA 2010).
Motivasi kepentingan ekonomi Rusia tampak dalam opini yang diutarakan pemain tim nasional Rusia Igor Akinfeev yang menjabat sebagai first ambassador Piala Dunia 2018.
“….Russia will be seen from an entirely new perspective. As footballers, we travel around the country a lot, but even we can’t imagine just how rich and colourful Russia is. …..hundreds of thousands of tourists from right around the world will be visiting Samara, Nizhny Novgorod, Rostov-on-Don and all the other cities. As they follow their national teams, supporters will have the opportunity to learn about the culture and everyday life of Russia's cities. I'm sure they’ll be left with really warm and vivid impressions of Russia, and many of them will want to come back here again and again. Last of all, for me, as a footballer, it's particularly important that the country will be getting new sporting infrastructure,… (Local Organising Committee 2012)

Hadirnya ambassador dalam event Piala Dunia sendiri sekaligus sebagai suatu bentuk kampanye yang dilakukan Hosting country. Kampanye ini untuk mensosialisasikan Piala Dunia dalam rangka meraih dukungan nasional sekaligus menguatkan citra positif Hosting country bagi publik internasional. Maka pemilihan seorang Ambassador merupakan suatu strategi komunikasi publik.
Terdapat opini publik Rusia yang memandang adanya dampak positif penyelenggaraan Piala Dunia khususnya dalam ekonomi. Hal ini menjadi faktor pendukung pencapaian kepentingan ekonomi Rusia. Dalam survei yang dilakukan APNORC pada 2014, mayoritas publik percaya bahwa menggelar event olahraga besar yakni Olimpiade musim dingin 2014 dan Piala Dunia 2018 akan berdampak positif bagi ekonomi Rusia. Tujuh dari sepuluh orang Rusia berekspektasi bagi image Rusia di mata internasional. Setengah responden mengatakan Piala Dunia 2018 akan berdampak positif bagi ekonomi Rusia  (APNORC.org 2014).
Dalam laporan lain, Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (WCIOM) pada 2012 menunjukkan hasil survei terhadap 1600 responden dari 42 wilayah tentang ekspektasi terhadap manfaat terpenting penyelenggaraan Piala Dunia di negara mereka. [3] Hasil menunjukkan bahwa manfaat terpenting adalah pembangunan fasilitas olahraga baru (53%), kemajuan olahraga bagi anak-anak dan remaja (30%), pembangunan upgrading infrastruktur hotel, jalanan dan Bandar udara (29%), menarik turis internasional (28%), hosting cities akan lebih nyaman dan menarik (26%), peningkatan image dan standing Rusia di arena global (23%), penghargaan dan kepercayaan diri masyarakat Rusia (22%), peningkatan investasi olahraga dan infrastruktur sosial (18%), peningkatan investasi dalam ekonomi negara (9%) dan insentif bagi bisnis kecil dan menengah untuk tumbuh sebesar 7% (Local Organising Committee 2012) .
Suatu dukungan dari publik Rusia sendiri mendemonstrasikan ekspektasi yang besar bagi tujuan ekonomi Rusia dalam event Piala Dunia. Mayoritas ekspektasi yang ada berkisar pada capaian infrastruktur, image dan investasi ekonomi. Dengan demikian hal ini menjadi satu faktor pendorong dicapainya kepentingan ekonomi oleh Hosting country. Mengingat kesuksesan penyelenggaraan di Brazil meski diwarnai aksi demonstrasi publik, penyelenggaraan di Rusia pada 2018 lebih meyakinkan untuk sukses dari segi dukungan publik. Hal ini karena dukungan publik yang signifikan bersumbangsih bagi stabilnya pelaksanaan kebijakan Hosting country maupun hosting cities di internal Rusia terkait persiapan event Piala Dunia. Opini publik yang positif juga menjadi indikator bagi stabilitas sosial di internal negara Rusia.

Daya tarik Hosting cities, kebijakan pemerintah dan pencapaian kepentingan ekonomi
            Pada September 2012, FIFA akhirnya menyetujui dua belas stadium di sebelas Kota Rusia setelah melalui proses seleksi yang melibatkan Local Organizing Committee. Sebelas kota tersebut adalah Kaliningrad, Kazan, Moscow, Nizhny Novgorod, Rostov-on-Don, Saint Petersburg, Samara, Saransk, Sochi, Volgograd dan Yekaterinburg  (Local Organising Committee 2012). Terpilihnya Hosting cities tersebut mensinyalkan adanya hasil dari program pengembangan infrastruktur yang sudah dan sedang berjalan di wilayah ataupun kota-kota tersebut.
            Faktor yang dapat membuat Rusia sukses secara ekonomi sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia adalah pemanfaatan dan maksimalisasi kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki sebagai pendorong pendapatan ekonomi di bidang pariwisata. Menuju 2018, daya tarik kebudayaan kota-kota Rusia penting di samping terpenuhinya syarat infrastruktur di kota penyelenggara. Hal ini guna melihat potensi yang meningkatkan capaian ekonomi Hosting country di bidang pariwisata. Hosting cities yang berpotensi dalam pariwisata di antaranya adalah Moskow, Saint Petersburg, Kazan, Sochi, Novgorod dan Yekaterinburg. Keenam kota yang merupakan Hosting cities tersebut menurut Russian National Tourist Office termasuk dalam sepuluh lokasi destinasi teratas untuk dikunjungi di antara lokasi-lokasi di Rusia (Russia National Tourist Office 2015).
Umumnya Rusia memiliki objek-objek wisata berupa arsitektur, monumen atau bangunan yang indah juga bersejarah sehingga mampu menarik bagi turis. Berikut adalah objek-objek pariwisata yang dapat mendongkrak angka turis bersamaan dengan penyelenggaraan Piala Dunia di Kota-kota tersebut;
Tabel 2 : Objek-objek pariwisata populer di enam kota penyelenggara Piala Dunia di Rusia
Kota
Objek-objek pariwisata
Moskow
Kremlin, Red Square, Lenin Russian State Library, Stalin Skyscrapers
Saint Petersburg
Kuntscamera Museum, Monument of Peter the Great, Palace Square, Mariinsky Theatre
Kazan
Kazan Kremlin, Raifsky Bogoroditsky Cathedral, the modern Qolsharif Mosque
Sochi
Olympic complex, Health resort
Novgorod
Veliky, Sofiysky cathedral
Yekaterinburg
the Museums of Local Lore and Art History, Traditional Orthodox churches, Keyboard Museum
Sumber : Russia National Tourist Office
Rusia punya catatan baik dalam hal pemasukan dari sektor pariwisata. Pada tahun 2013, Rusia menjadi destinasi favorit urutan kesembilan di dunia dengan jumlah turis yang datang sebanyak 28,4 juta orang. Angka tersebut meningkat 10,2 persen dari tahun sebelumnya. Pengeluaran yang dihasilkan turis internasional di tahun tersebut mencapai 53,5 Milyar USD. Angka pemasukan Rusia dari turis tersebut berada di posisi keempat hanya kalah dari China, Amerika Serikat dan Jerman  (UNWTO 2014).    
Moskow sebagai ibukota, selain dapat merepresentasikan kekayaan budaya yang menarik bagi turis internasional, stadium Luzhniki di Moskow direncanakan sebagai tempat berlangsungnya pertandingan pembuka, semi-final dan final Piala Dunia. Hal ini mutlak menjadi faktor penting Moskow sebagai destinasi utama turis dalam gelaran Piala Dunia nanti. Dengan demikian potensi keuntungan ekonomi di Moskow dapat dikatakan paling besar di antara kota-kota penyelenggara Piala Dunia.
Di samping daya tarik kebudayaan, pendorong pencapaian ekonomi juga datang dari kebijakan pemerintah Hosting country. Dari data terbaru yang diperoleh penulis, setidaknya terdapat beberapa kebijakan pemerintah Rusia terkait Piala Dunia. Kebijakan pertama adalah membebaskan visa bagi atlet dan supporter Piala Dunia. Kebijakan ini jelas lebih menarik jumlah orang-orang dari seluruh dunia untuk datang ke Rusia dengan lebih mudah. Semakin banyak orang yang datang maka semakin besar potensi bagi pengeluaran terutama ke sektor pariwisata. Presiden Putin menuturkan bahwa kebijakan ini adalah yang pertama dalam sejarah sepakbola  (RBTH 2014).
Kebijakan lain yakni membuka maskapai asing untuk penerbangan domestik. Menteri Perhubungan Rusia Maksim Sokolov menyatakan dalam sidang dewan pengawas panitia Piala Dunia 2018 pada Oktober 2014. Bahwa dengan memperhitungkan jumlah pengunjung yang akan datang, Kementerian Perhubungan Rusia berencana memberikan izin kepada para maskapai penerbangan asing untuk melakukan penerbangan carter domestik di wilayah Rusia selama kejuaraan tersebut berlangsung. Adapun jalur penerbangan mereka dibatasi hanya antara kota-kota penyelenggara pertandingan dengan kota-kota tempat para tamu dan atlet menginap (Karnauh 2014).
Kebijakan pemerintah ini memastikan layanan penerbangan kelas bisnis bagi 1,8 juta penumpang selama Piala Dunia di antara sebelas kota. Jumlah tersebut termasuk pihak FIFA (terdiri dari delegasi FIFA, tamu resmi dan VIP, serta perwakilan media massa), 85 persen penonton asing, dan setengah dari pendukung Rusia yang berasal dari berbagai wilayah. Perizinan melakukan penerbangan domestik dalam wilayah Rusia akan diberikan kepada perusahaan-perusahaan penerbangan asing jika perusahaan lokal Rusia tidak menyanggupi tawaran serupa dalam waktu yang telah ditentukan atau menyetujui hal tersebut. Namun, ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi, yakni pemberian izin serupa dari pemerintah asing kepada para maskapai penerbangan Rusia. Kebijakan ini juga menghindarkan maskapai Rusia dari pengeluaran biaya-biaya tambahan seperti pembelian atau melakukan penyewaan pesawat-pesawat baru, persiapan awak pesawat tambahan, serta asuransi  (Karnauh 2014).
Pemerintah Rusia juga berencana akan memotong anggaran terkait pembangunan infrastruktur di untuk Piala Dunia sebesar 477 Juta USD. Hal ini untuk mengejar efisiensi dalam pencapaian keuntungan ekonomi pada saat krisis ekonomi sedang terjadi. Menurut menteri olahraga Rusia Vitaly Mutko Rusia tak butuh hotel mewah yang hanya akan kosong setelah Piala Dunia berakhir. Meskipun demikian rencana pemotongan anggaran ini tak akan berdampak terhadap kapasitas akomodasi yang ditawarkan bagi para penggemar sepak bola yang hendak menonton Piala Dunia. Rusia dan FIFA telah menyepakati akan mengikuti persyaratan minimum terkait akomodasi di tiap wilayah untuk tim nasional, wasit, perwakilan keluarga FIFA, tamu-tamu FIFA, jurnalis, dan lain-lain  (RBTH 2015).

Tantangan menuju Piala Dunia 2018
            Dinamika sosial politik secara langsung berpengaruh pada suksesnya penyelenggaraan event Piala Dunia. Persiapan infrastruktur yang matang harus pula didukung oleh kondisi sosial-politik di internal negara penyelenggara maupun di luar negeri. Hal itu untuk menjamin penyelenggaraan Piala Dunia dapat berlangsung dengan aman. Beberapa event olahraga dalam sejarah pernah mendapat aksi boikot maupun protes oleh sipil maupun negara misalnya Olimpiade tahun 1980, Olimpiade 1984, Olimpiade 2008 dan Piala Dunia tahun 2014 lalu. Meski tak sempat membuat event tersebut gagal terlaksana, protes atau boikot tersebut tentu akan berpengaruh pada kesuksesan penyelenggaraan termasuk pada pencapaian kepentingan ekonomi. Jika salah satu negara peserta memboikot gelaran olahraga tertentu, maka kuantitas pengunjung juga akan berkurang dari tidak berpartisipasinya negara tersebut.
            Menuju tahun 2018 dimana event Piala Dunia akan digelar pada 14 Juni hingga 15 Juli, penolakan dari Amerika Serikat maupun Ukraina bagi Rusia untuk menjadi Hosting country adalah tantangan yang paling signifikan. Penolakan ditunjukkan oleh surat yang dikirim ke Presiden FIFA Sepp Blatter oleh tiga belas senator AS pada 31 April 2015. Boikot ini dilatarbelakangi oleh krisis politik yang terjadi di Krimea (Ukraina) yang melibatkan militer Rusia di teritori Ukraina  (Setyo 2015). Sikap serupa ditunjukkan Presiden Ukraina Petro Poroshenko yang menolak gelaran 2018 di Rusia serta mengajak negara-negara sekutunya untuk bersikap sama;
I think there has to be discussion of a boycott of this World Cup. As long as there are Russian troops in Ukraine I think a World Cup in that country is unthinkable (Reuters 2015).

Sikap memboikot event Piala Dunia 2018 nanti tampak jelas sebagai sebuah kepentingan politik Amerika Serikat maupun Ukraina untuk mengatasi krisis di wilayah Krimea Ukraina.
            Berseberangan dengan ekspektasi dan opini publik masyarakat Rusia, aksi boikot ini jelas menjadi hambatan dalam penyelenggaraan event Piala Dunia 2018 beserta bagi pencapaian kepentingan ekonomi Rusia. Hambatan yang ada jelas bahwa jika gelaran 2018 nanti mendapat aksi boikot dari negara Amerika Serikat, Ukraina maupun sekutunya maka potensi kuantitas turis yang berkunjung ke Rusia juga akan menurun. Selain itu citra Rusia di mata publik internasional juga dapat terganggu. Namun tren suksesnya penyelenggaraan banyak event olahraga besar sebelumnya menandakan bahwa banyaknya tantangan dan tekanan tak mampu membuat penyelenggaraannya batal. Apalagi dalam hal ini, hampir semua pihak yaitu kebanyakan negara peserta maupun FIFA sebagai organisasi induk sepakbola bersepakat bahwa olahraga harus terlepas dari semua kepentingan politik apalagi intervensi. Sehingga besar kemungkinan suatu mega-event apalagi Piala Dunia tetap akan terlaksana.

Penutup
            Piala Dunia hingga kini masih menjadi suatu event yang masif bagi aktifitas ekonomi yang signifikan. Mulai dari persiapan sampai penyelenggaraan berakhir, efek dari transaksi ekonomi yang terjadi sangat bisa mempengaruhi negara penyelenggara dalam berbagai manfaat yang dapat diraih terutama keuntungan ekonomi.
            Jelang perhelatan di Rusia pada 2018, potensi tersebut masih dapat diamati lewat persiapan yang ada dan bagaimana Hosting country berusaha memaksimalkan pencapaian kepentingan ekonomi. Dengan mengusahakan terselenggaranya Piala Dunia di Rusia, pada saat itu pula kepentingan ekonomi Hosting country akan bisa diraih. Selama olahraga dan Piala Dunia khususnya masih menjadi hiburan teratas bagi publik di seluruh dunia.

Daftar Pustaka


Buku :
Charles Santo ; Gerard Mildner. "Sport And Public Policy : Social, Political And Economic Perspectives." In Economic Impact of Sport Stadiums, Teams, and Events, by Charles Santo, 268. Champaign: Human Kinetics, 2010.
Cottle, Eddie. A Preliminary Evaluation of The Impact of The 2010 FIFA World Cup TM : South Africa. Swiss Labour Assistance, 2010.
Ernst, and Young. Sustainable Brazil Social and Economic Impacts of the 2014 World Cup. Brazil: Branding and Communication Department of Ernst & Young Brazil, 2011.
Marx, Karl. A Contribution to the Critique of Political Economy. Moscow: Progress Publishers, 1999.
Todter, Norbert. The 2006 FIFA World Cup : and it's effect on the image and economy of germany. Frankfurt: German National Tourist Board, 2006.
Whannel, Garry. Culture, Politics and Sport : Blowing the Whistle, Revisited. New York: Routledge, 2008.
Dokumen :
Boettcher, Walter, and Roger Hobkinson. "FIFA World Cup 2014 : Brazilian Goals." Colliers. May 2014. http://www.colliers.com/-/media/AABE48CE722C462BAC4169AAD920ADA9.ashx (accessed April 8, 2015).
2014 Brazil Local Organising Committee. "Welcome to Brazil!" export.gov. 6 11, 2014. http://export.gov/brazil/build/groups/public/@eg_br/documents/webcontent/eg_br_054867.pdf (accessed April 7, 2015).
2018 Russia Local Organising Committee. "2018 FIFA World Cup Russia." FIFA. 2012. http://resources.fifa.com/mm/document/tournament/loc/02/07/81/59/2012-annual-report_eng.pdf (accessed April 7, 2015).
FIFA. "2018 FIFA World Cup Bid Evaluation Report: Russia." FIFA. September 30, 2010. http://www.fifa.com/mm/document/tournament/competition/01/33/74/52/b5ruse.pdf (accessed April 5, 2015).
—. "Evaluation reports on the bids for the 2018 and 2022 FIFA World Cups™." FIFA.com. September 30, 2010. http://www.fifa.com/mm/document/tournament/competition/01/33/59/45/bid_evaluation_report_1911.pd (accessed April 9, 2015).
Paula, Marilene De. "The 2014 World Cup In Brazil: Its Legacy And Challenges." Solidar Suisse. October 2014. http://www.solidar.ch/data/seiten/88A238F7/Study_World_Cup_Brazil.pdf (accessed April 7, 2015).
South Africa Tourism. "Impact of 2010 FIFA World Cup." South Arican Tourism. December 2010. https://tkp.tourism.gov.za/documents/impact%20of%202010%20fifa%20world%20cup.pdf (accessed April 7, 2015).
UNWTO. UNWTO Annual Report : A Year Of Recovery 2010. Madrid: World Tourism Organization, 2011.
—. "UNWTO Tourism Highlights, 2014 Edition." Tourism Trends and Marketing Strategies UNWTO. 2014. dtxtq4w60xqpw.cloudfront.net/sites/all/files/pdf/unwto_highlights14_en_hr_0.pdf (accessed April 18, 2015).

Website :
APNORC.org. Public Opinion in Russia: Attitudes Toward Hosting The 2014 Olympics and 2018 World Cup . 2014. http://www.apnorc.org/projects/Pages/HTML%20Reports/public-opinion-in-russia-attitudes-toward-hosting-the-olympics-and-world-cup.aspx#image (accessed April 16, 2015).
BuaNews. World Cup’s boost for GDP higher than expected. 7 23, 2010. http://www.sa2010.gov.za/en/node/3359 (accessed 4 7, 2015).
RBTH Indonesia. Rusia Berencana Potong Anggaran Piala Dunia 2018. April 8, 2015. indonesia.rbth.com/news/2015/04/08/rusia_berencana_potong_anggaran_piala_dunia_2018_27381.html (accessed May 9, 2015).
—. Rusia Terapkan Bebas Visa bagi Altet dan Suporter Piala Dunia 2018. July 11, 2014. http://indonesia.rbth.com/news/2014/07/11/rusia_terapkan_bebas_visa_bagi_altet_dan_suporter_piala_dunia_2018_24345.html (accessed May 9, 2015).
JPNN.com. Skuat Jerman Banjir Hadiah. July 16, 2014. http://www.jpnn.com/read/2014/07/16/246469/Skuat-Jerman-Banjir-Hadiah (accessed April 9, 2015).
Karnauh, Maria. Piala Dunia 2018, Maskapai Asing Boleh Buka Penerbangan Domestik di Rusia. December 2, 2014. indonesia.rbth.com/economics/2014/12/02/piala_dunia_2018_maskapai_asing_boleh_buka_penerbangan_domestik_di_26145.html (accessed May 10, 2015).
Russia National Tourist Office. Top 10 Locations in Russia. n.d. http://www.visitrussia.org.uk/travel-to-Russia/toplocations (accessed May 8, 2015).
PandittFootball, Redaksi. Dampak Positif Piala Dunia Brazil 2014. April 9, 2014. http://panditfootball.com/cerita/dampak-positif-piala-dunia-brazil-2014/ (accessed April 7, 2015).
Reuters. Poroshenko Calls on Allies to Boycott 2018 World Cup in Russia. March 26, 2015. http://russia-insider.com/en/2015/03/26/4993 (accessed May 8, 2015).
Setyo. Intervensi Politik? AS Hasut FIFA Batalkan Piala Dunia di Rusia. April 2, 2015. http://m.sepakbola.com/2015/04/intervensi-politik-as-harap-rusia-tak-jadi-penyelenggara-piala-dunia (accessed April 4, 2015).



[1] Terbit di Jurnal Alternativa volume IV HIMAHI FISIP UNHAS tahun 2015
[2] Konversi matauang 1 Rand = 1074.45 Rupiah
[3] Percent of the respondents up to four answers: What are the most important benefits that Russia will enjoy as a result of staging the 2018 FIFA World Cup ?

Komentar

Postingan Populer