Go get some coffee bro!

Di waktu-waktu sekarang ini, pergi ngopi di warkop entah jadi sering sekali saya dan beberapa teman-teman lakukan. Kami (beberapa teman: Gupronk, Sirton, Akmal, Fadhil, Afann, Wira dll) hampir tiap malam, apalagi kalau ada pertandingan bola, menjadikan "ngopi-di-warkop" sebagai opsi untuk didatangi. Seingat saya, pertama kali aktivitas ini familiar dan berkelanjutan bagi saya (dan kemungkinan besar beberapa teman yang saya sebutkan tadi) sejak kira-kira triwulan ketiga saya jadi pengurus (waktu itu sedang jadi ketua himpunan). Sekitar Januari 2015 lah. Jadi, salah satu teman akrab kami, pengurus juga, Amalia (akrab disapa Ama), kakaknya (nah loh) buka cafe di rumah mereka (Ama dan kakaknya). Belakangan saya kenal dengan kak Raisah kakaknya Ama ini. Nama cafe itu Oryza Coffee. Kopi susunya memang asik skali diseruput sambil ngobrol-ngobrol (hehehe bukan promosi). Anak HI sepertinya sudah tidak asing lagi dengan cafe yang satu ini. Selain itu, untuk kepentingan nobar pertandingan bola biasanya warkop 51 (biasanya disebut limsat) depan Khatulistiwa jadi pilihan utama. Atau juga kalau lagi cari suasana tenang dan sepi untuk ngobrol hal serius, warkop Khatulistiwa lah yang jadi pilihan. Atau mungkin juga itu karena warkop 51 sudah full. hahaha.


Baiklah, saya akan memproblematisir sendiri apa yang disebut aktivitas "ngopi" ini. Tssaahh.

Tentu karena saya dan semua teman yang sering ngopi adalah juga seorang mahasiswa, terlebih lagi punya tanggung jawab di organisasi kemahasiswaan (terutama sebagai pengurus himpunan), "apakah aktivitas ini progresif untuk pengembangan diri dan organisasi ?" Sepertinya pertanyaannya terlalu serius. "Apakah sambil ngopi bisa melakukan hal-hal yang produktif ?". Nah, itu.

Saya akan langsung menjawab sendiri pertanyaan ini. Tapi sebelum itu ada beberapa hal yang perlu diperjelas. Satu, di awal saya sudah sebutkan beberapa tempat yang menjadi lokasi ngopi kami paling sering. Rata-rata, di ketiga tempat tadi, yang sama adalah ada menu tertentu untuk dikonsumsi (hehe pemborosan kata), ada wi-fi, dan ada televisi. Maka, kemungkinan aktifitas yang berlangsung di warkop adalah (1) Ngobrol (2) Browsing di gadget (3) Nonton bola (4) Lain-lain : menulis, bengong, dengar musik, membaca buku (bisa tonji toh ke warkop trus baca buku ji) dan seterusnya yang bisa kita imajinasikan. Detil suasana yang sifatnya material (ckckck) di tiap lokasi tentu menghasilkan mood tertentu dan dengan demikian aktivitas tertentu yang paling cocok dengan suasana yang berlangsung (kecepatan wifi -akmal skali ini-, saluran tivi -siaran bola-, kadar kelezatan minuman atau makanannya).*

Dua, dalam kerangka penilaian umum, aktifitas ngopi di warkop sebenarnya hal yang lumrah dilakukan anak muda. Melepas penat yang terserap selama siang untuk beberapa menit atau jam ngobrol di malam hari sambil ngopi bukanlah dosa besar (kecuali sambil judi, hehehe). Bahkan jika ia tidak produktif sekalipun, ngopi tetaplah normal bagi manusia modern. Menjadi masalah ketika aktifitas ini menghalangi hal-hal produktif yang sebenarnya bisa dilakukan, dalam hal ini oleh seorang mahasiswa (ditambah lagi aktif di organisasi). 

Maka, apakah yang dimaksud produktif ? seingat saya kata ini tidak ada di kamus kelembagaan manapun (hehehe), tapi sekiranya dapat dimaknai bahwa yang dimaksud produktif bagi seorang mahasiswa dan pengurus lembaga adalah ketika aktifitas-(ngobrol)-nya mampu menghasilkan: gagasan tentang konsep-konsep pengembangan diri, obrolan tentang situasi aktual pendidikan dan organisasi, rumusan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bahkan revolusioner, solusi terhadap persoalan-persoalan personal individu, kedekatan emosional dan hal yang konstruktif terhadap kesadaran belajar-lainnya.

Lanjut. Lalu, terlepas dari pengertian tentang apa yang produktif dan apa yang tidak produktif, perlu diingat bahwa tidak semua hal produktif bisa dilakukan dengan cara yang tunggal. Ngobrol dan gerak harus seimbang. Teori dan praktek dua-duanya harus jalan. Dan, akan lebih jelas lagi, ngobrol-berteori tidak semua dilakukan di warkop sambil ngopi. Maka rumusan pertanyaan pertama akan terbantu dijawab dengan mengemukakan durasi ngopi di warkop berbanding aktivitas produktif yang dilakukan di luar itu.

Saya akan langsung menjawab pertanyaan awal. Kita harus mengasumsikan dulu bahwa ada aktifitas (mungkin kewajiban yang memang sudah ada) harian, dalam bahasan ini, yang saya dan teman-teman lakukan di luar aktifitas ngopi tadi. dirangkum menjadi dua kata : Rapat (menjalankan perangkat-perangkat organisasi) dan mengeksekusi program (praktek). Dua hal ini jadi basis pengembangan diri saya sebagai mahasiswa maupun pengurus organisasi. Jenis-jenis program yang konkret bisa berupa kelas-kelas kajian, pelatihan, kampanye isu, aksi-aksi aspiratif, juga menulis. Mayoritas kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di prime time manusia modern, pagi hingga sore. Sejauh ini, aktifitas-aktifitas tersebut masih ada dan berlangsung. Dengan demikian, ngopi di malam hari tidaklah menghalangi aktifitas produktif tadi.

Lalu, ngobrol di warkop juga bisa sambil menghasilkan hal-hal yang produktif. Apa pasal? Kategori konten obrolan serius yang menghinggapi pikiran-pikiran kami adalah tidak jauh dari keseharian kami sebagai mahasiswa dan pengurus himpunan. Saya ingat sekali, tujuan awal mengagendakan pertemuan di warkop adalah untuk membahas konsep kegiatan himpunan. Dibuka di awal malam dan berakhir di azan subuh untuk kemudian dilanjut malam berikutnya. Fenomena ini mungkin ngopi dan ngobrol di warkop pada titik terproduktifnya. Hehehe. Selain itu hal-hal lain yang sering diobrolkan di warkop adalah manusia-manusia. Dalam hal ini, lebih enak kalau disebut identifikasi kader. Hehehe. Pengurus himpunan biasanya berusaha bertukar informasi tentang perkembangan si anu dan si anu dari mulai keaktifannya, perkembangan pemahamannya, gelagatnya sampai pakaian terbaru yang ia kenakan (sepertinya terkesan berlebihan). kadang-kadang juga ada solusi yang termunculkan, masalah lain apakah solusi itu tereksekusi sempurna di kemudian hari atau tidak. Belum cukup ? Cobalah dicukupkan saja. Sambil menunggu pertandingan bola di mulai, biasanya bakal ada yang baca buku atau artikel di internet. Sudah. Nonton youtube dan download lagu/film tidak usah kita kategorikan sebagai aktifitas produktif. Apalagi konten obrolan yang tidak serius ? Candaan, cerita sehari-hari yang sepele, masalah pribadi, curhat, bukankah itu semua juga bisa membantu mengurangi stress ?

Jadi sampai di sini, saya akan menarik kesimpulan sementara bahwa ngopi di warkop tidak menghalangi aktifitas produktif seorang mahasiswa. Bahkan, sewaktu-waktu justru menjadi ruang obrolan yang produktif membahas atau menyelesaikan problema sehari-hari.

*Saya kurang tahu apa relevansinya ini alinea, hehehe.

Anyway, go get some coffee bro...and take a look at man united performance next season. Jangan lupa belajar!
[8 Juli 2016]

Komentar

Postingan Populer