Menjadi Epikurean

 Nama Epikuros mungkin tidak setenar nama-nama seperti Sokratis, Aristoteles maupun Plato. Dua nama terakhir, menurut Magnis-suseno merupakan dua dari sedikit filsuf terbesar segala jaman. Namun, bukan berarti Epikuros tidak memberikan sumbangan besar pada sejarah pemikiran etika. Terkhusus di zaman Yunani klasik, pemikiran Epikuros perlu untuk diketahui, dan mungkin juga bisa dirujuk oleh anak-anak muda zaman ini berhadapan dengan situasi zaman.


Epikuros hidup sekitar tiga abad sebelum masehi di Yunani. Ia hidup ketika Yunani dalam masa kekacauan sosial-politik dimana kerajaan-kerajaan raksasa pecahan kerajaan Iskandar Agung berkuasa. Pada masa itu “orang kecil” tidak bisa melakukan apa-apa di tengah goncangan-goncangan tersebut.
Pemikiran etika Epikuros dalam konteks seperti ini adalah kita dapat hidup bahagia dengan menemukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil, dengan membentuk lingkungan yang membebaskan diri dari keresahan-keresahan, dan mengambil nikmat-nikmat yang ada. Ia bukan hedonis dalam arti mencari nikmat begitu saja. Epikuros mengajarkan hedonisme yang rasional. Yakni, hidup sederhana, bijaksana, seadanya, dengan nikmati yang ditawarkan. Epikuros hidup sakit-sakitan namun tetap senyum dan gembira dalam kesehariannya. Ia juga berkata tidak perlu takut akan kematian.

Bagaimana menjadi Epikurean di zaman sekarang ?
Bagi saya, sebagai anak HI yang diperdengarkan banyak (semoga banyak) fenomena sosial, kebudayaan dan ekonomi politik, abad 21 adalah suatu masa kekacauan, chaos, absurd, hampa, mungkin juga keputusasaan politik. Mari kita dengarkan hal-hal berikut : kemiskinan, kelaparan, kriminalitas, kerusakan lingkungan, ketimpangan ekonomi, ketidakadilan gender, perang, dan seterusnya. Masalah-masalah tadi semuanya sudah dan sedang terjadi di atas planet ini. Pada skala lokal sampai global. (dengarkan lagu FSTVLST “hal-hal ini terjadi” tentang deskripsi situasi ini)

Hidup di zaman sekarang lantas tidak menutup jalan bagi kita untuk memetik kebahagiaan-kebahagiaan kecil setiap harinya. Carpe diem, Seize the day, petiklah hari. Lakukan hal-hal kecil bermakna menuju keterpenuhan diri. Bahagia kiranya bisa ditempuh dengan banyak cara alternatif daripada hanya sekedar mengikut pada narasi zaman yang diulang-ulang tiap hari di tayangan televisi, iklan-iklan shampoo sampai apartemen. Memikirkan alternatif itu lantas butuh imajinasi dan kreatifitas. Ada beberapa hal yang harus dicicipi lagi manusia zaman sekarang ; sastra, sains (bukan pseudo sains apalagi mitos), musik, persahabatan, cinta yang tulus, petualangan. Menjadi epikurean adalah menjadi bahagia.

Jelang Keberangkatan :)
(Listening to-The 1975 from Manchester "The Sound")

Komentar

Postingan Populer