24 Jam yang Melelahkan dan Mengesankan
Beberapa hari lalu saya diajak oleh adik-adik
panitia kegiatan pengkaderan himpunan untuk ikut dalam rombongan tim pencari
lokasi. Katanya, Jeneponto lebih tepatnya Rumbia adalah daerah yang bakal
disambangi. “Carlok”, demikian kami biasa menyebutnya, memang jadi hal rutin
jelang akhir tahun (atau juga awal tahun) menuju kegiatan baksos, atau
belakangan nama yang sering digunakan adalah Hiers Camp.
Berkaitan dengan ajakan tersebut, saya dengan
senang hati menerimanya. Kupikir karena tujuan carloknya adalah jeneponto maka
sekalian saya bisa berkunjung ke posko kkn, yang sudah terasa seperti rumah
sendiri.
Hari-H nya, kami pun berangkat. Saya bersama
lima adik-adik panita (semuanya angkatan 2015) ; Fiqri, Zul, Ismi, Fanda dan
Rida. Memang saya akrab dengan angkatan ini, keliatannya juga saya seangkatan
dengan mereka. Hehehe. Setelah menempuh sekitar tiga jam, Rumbia pun kami
injak. Sempat menelusuri sendiri, kami akhirnya diarahkan oleh pemuda setempat
untuk ke lembah Hijau. Katanya, disana bisa camping
dengan berombongan. Kami pikir, “ini mi
kayaknya”.
Tujuh kilo lagi kami tempuh, sempat
berputar-putar, kami akhirnya menemukan pintu masuk lembah hijau itu. Seorang
gadis, mungkin sekitar 12 tahun, menghapiri kami dengan berlari lalu
menjelaskan how much to pay to get into.
Enam puluh enam ribu kami merogoh kocek, buat enam orang dan ongkos parkir
motor katanya. Tanpa membuang waktu kami masuk. Tidak sampai semenit, nampaklah
pemandangan lembah hijau yang ternyata adalah lokasi wisata. Betul, ada kolam
renang, aula, pondokan untuk makan, dan pokoknya sangat tidak qualified sebagai lokasi hiers camp. Tak
perlu berlama-lama kami meninggalkan tempat ini dengan rasa rugi pula. Hahaha.
Singkat cerita, karna sudah bakal gelap, kami
memutuskan buat nginap saja di jeneponto dan melanjutkan perjalanan (pulang)
besok. Kami tiba di Binamu sudah terdengar adzan magrib. Tak salah dan tak
bukan, hari ini kami berakhir di posko kkn saya. Disambut oleh bapak posko,
kami lalu solat berjamaah di rumah (tak pernah saya dan teman-teman kkn
melakukan ini) diimami bapak.
Selang beberapa saat datanglah satu-persatu
orang-orang yang menghuni rumah ; Adnan, Qadri, Sri, kak Roris dan tentunya Ibu
posko. Begitu melihat saya langsung memanggil “daeng goaaa eee” dan
tertawa-tawa. Kuharap itu adalah ekspresi senang saya datang lagi where I was having a joy, hahaha.
Rumah ini tak kehilangan ciri khasnya. Saya
dan teman-teman langsung disuguhi pisang goreng dan teh. Lalu beberapa kemudian
tiba saatnya makan malam. Sambil memberi semacam “cerita nostalgia tentang kkn
yang lalu lalu”, bapak tak lupa menteror kami untuk menambah makanan di piring
kami masing-masing. Fanda adalah korban utama, berhubung duduk paling dekat
dengan bapak. Dan saya adalah yang paling tersenyum melihat mereka satu-satu. Hahaha.
Meskipun kali ini bapak (dan ibu) tidak se”garang” biasanya dalam memaksa kita
makan. Hahaha. Saya sangat senang bisa lagi makan malam di rumah ini, very impressive. Makan saya kali ini
sangat lahap, berhubung memang tidak makan siang tadinya (makan pagi ji kodong).
Oh iya, saya lebih sering dipanggil “Daeng
Goa” di sini. Katanya ini karena ada orang yang namanya sama dengan saya. Setelah
makan, bapak, ibu (bahkan juga sri) bergantian menggoda saya, dan menceritakan
seperti apa saya waktu kkn. Terutama menggoda dengan menyebut-nyebut nama Andin
sambil tertawa-tawa. Hahaha. Misalnya karena sewaktu KKN, Andin sering
membuatkan saya (sebenarnya na bikinkan
ji juga apri sama irham) kopi. Atau, saya yang sering mengantar Andin ke
alfamart, atau sering ngobrol berdua dan lain-lain. Wkwkwkw. Bapak juga
menelepon satu-persatu teman-teman seposko saya. Beliau kangen berat
sepertinya.
Gitar yang selama ini saya mainkan di posko
ini juga tak lupa saya melepas kangen dengannya. Play the same songs the same way sambil melihat Adnan, Dio’
(panggilan rumah si Qadri) dan adik-adik HI saya main uno. The game we used to play. Mereka kali ini sudah belajar sedikit
tentang dasar-dasar dan falsafah KKN. Wkwkwk. Saya jadi hampir lupa kalo kami sebenarnya ke
Jeneponto buat carlok, bukannya kunjungan nostalgia.Hahaha.
Esoknya, setelah sarapan pagi. Kami pun
bergegas kembali ke Makassar. Oh iya, saya juga sempat mengantar ibu posko ke
sekolahnya, yang fenomenal itu ; SD Ganrang-Ganrang. Iya. (If you know what I mean wkwk). Sebenarnya bapak dan ibu posko malah
meminta saya untuk tinggal lebih lama, sayangnya saya bersama adik-adik ini.
Catatan akhir, “tidak ada lokasi cocok di
Rumbia kawan, ke Loka peki tapi jauh ki itu iyya”. Hahahaha.
(ini khairul, disapa iyul, dipotongmi kuncirnya di belakang hahaha)
Sehatki’ selalu bapak- ibu posko sekeluarga.
(21 Desember 2016)
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, berilah masukan yang positif :-)