Marvel Sinematik Superhero? Membosankan.
Belakangan saya menghabiskan banyak waktu (yang mestinya produktif) di depan laptop saja. Yang saya lakukan adalah menonton sekitar belasan atau bahkan puluhan film (baca: box office). Di antara dari daftar tontonan saya selama kira-kira tiga minggu terakhir adalah :
Seri Fast and Furious : 1-8,
Seri Pirates of the Carribean : 1-4,
Seri Marvel Sinematik Superhero; Iron Man, Thor, Captain America, Hulk, the Avengers, yang kesemua serinya kurang lebih 12 film,
Seri X-men Marvel yang kurang lebih 7 film,
Trilogi The Hangover,
kalo dihitung-hitung ada 34 buah film yang saya tonton, ini belum termasuk transformers 4 dan Inception. Jadi, hitungan akhir ada 36. Wow. Sungguh tidak produktif. Namun justru sebenarnya (awalnya) motivasi saya duduk manis depan laptop sambil menyeruput kopi susu, adalah ingin terlibat secara serius mengikuti perkembangan box office tersebut. Dengan itu, saya bisa dapat referensi tentang apa yang membuat banyak orang tertarik dengan seri film tersebut. Pada akhirnya, hal ini sama sekali bukan hal yang serius. Iya, sekalipun dalam hal teknologi grafis sangat "keren", seri film marvel banyak membosankan, kecuali mungkin keberadaan Jennifer Lawrence yang memerankan Raven di X-men (dan konsep "keluarga" yang digunakan dalam alur cerita film fast and furious). Oh iya, the Hangover juga cukup menghibur, terutama acting Zach Galifianakis yang kocak.
Bagi banyak orang, jenis film fantasy (atau apapun namanya, saya tidak terlalu tahu soal genre film) mungkin sangat menarik. Tapi justru saya mendapati film-film marvel di atas kekurangan imajinasi dalam hal mempermainkan emosi penonton. Alur ceritanya kurang menyentuh. Tidak banyak pesan moral-sosial yang disampaikan. Malah trilogi "before sunrise" yang isinya hanya dialog dua orang sepanjang durasi film, jauh lebih keren menurut saya. Mungkin kesimpulan saya dalam judul artikel ini terlalu dini, entahlah. Saya akan masih menonton lagi.
27 juli 2017.
Seri Fast and Furious : 1-8,
Seri Pirates of the Carribean : 1-4,
Seri Marvel Sinematik Superhero; Iron Man, Thor, Captain America, Hulk, the Avengers, yang kesemua serinya kurang lebih 12 film,
Seri X-men Marvel yang kurang lebih 7 film,
Trilogi The Hangover,
kalo dihitung-hitung ada 34 buah film yang saya tonton, ini belum termasuk transformers 4 dan Inception. Jadi, hitungan akhir ada 36. Wow. Sungguh tidak produktif. Namun justru sebenarnya (awalnya) motivasi saya duduk manis depan laptop sambil menyeruput kopi susu, adalah ingin terlibat secara serius mengikuti perkembangan box office tersebut. Dengan itu, saya bisa dapat referensi tentang apa yang membuat banyak orang tertarik dengan seri film tersebut. Pada akhirnya, hal ini sama sekali bukan hal yang serius. Iya, sekalipun dalam hal teknologi grafis sangat "keren", seri film marvel banyak membosankan, kecuali mungkin keberadaan Jennifer Lawrence yang memerankan Raven di X-men (dan konsep "keluarga" yang digunakan dalam alur cerita film fast and furious). Oh iya, the Hangover juga cukup menghibur, terutama acting Zach Galifianakis yang kocak.
potongan adegan di X-men First Class |
Bagi banyak orang, jenis film fantasy (atau apapun namanya, saya tidak terlalu tahu soal genre film) mungkin sangat menarik. Tapi justru saya mendapati film-film marvel di atas kekurangan imajinasi dalam hal mempermainkan emosi penonton. Alur ceritanya kurang menyentuh. Tidak banyak pesan moral-sosial yang disampaikan. Malah trilogi "before sunrise" yang isinya hanya dialog dua orang sepanjang durasi film, jauh lebih keren menurut saya. Mungkin kesimpulan saya dalam judul artikel ini terlalu dini, entahlah. Saya akan masih menonton lagi.
27 juli 2017.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, berilah masukan yang positif :-)