Review Buku “Momen-momen Revolusi Filsafat, Sains dan Politik-pemerintahan”
Sebuah buku bergenre filsafat dan sejarah telah menjadi most-shared
di tengah-tengah masyarakat dunia. Atas permintaan Dewan Masyarakat,
pada 19 Juni 2095, tepat empat bulan setelah pertama kali muncul di
tengah-tengah publik, buku yang berjudul “Momen-momen Revolusi Filsafat,
Sains dan Politik-pemerintahan” resmi menjadi buku pengantar di tiap
perguruan tinggi. Saya baru saja tuntas membaca buku ini dan akan
meringkas isi dari buku yang ditulis lelaki paruh baya asal Amerika
tersebut.
Momen
yang dimaksud oleh Boodevan Dyanne dalam buku “Momen-momen Revolusi
Filsafat, Sains dan Politik-pemerintahan”, tak lain adalah
peristiwa-peristiwa penting di seputar tahun 2044 yang menjadi konteks
perubahan sosial-politik global dan membentuk peradaban manusia hari
ini. Karena keterbatasan penguasaan saya atas teks Boo (sapaan akrab
Boodevan Dyanne), maka uraian Boo yang mendalam dan holistik mungkin
akan tereduksi menjadi sekuens peristiwa saja, atau bahkan item-item
peristiwa yang tidak detil. Pembaca yang belum memiliki buku tersebut
dikarenakan masih sibuk dengan bacaan lain, sangat disarankan
mengunjungi sendiri perpustakaan rakyat dan meminta hard-copy buku dari
petugas perpustakaan.
Boo
mengawali karyanya dengan mengulas sejarah perkembangan masyarakat dari
era primitif, era feodal, era kapitalis, dan era sosialis sebagai
pra-kondisi masyarakat komunis hari ini. Untuk bab pertama tersebut, Boo
menyajikan 252 halaman. Bab selanjutnya adalah penjelasan tentang
perkembangan filsafat dan sains yang dijelaskan secara periodik serupa
dengan pembagian era menurut corak produksi masyarakat seperti bab
pertama. Bab kedua ini sebanyak 405 halaman. Mahasiswa tingkat awal
biasanya menyelesaikan dua bab ini setelah sembilan hari baca. Belum
termasuk sesi diskusi terbuka se-fakultas yang biasanya harus ditempuh
delapan sesi dalam empat hari.
Bab
ketiga adalah sajian utama dari narasi Boo, yakni tentang Revolusi
Komunis, Boo menyarikan momen-momen determinan sekitar tahun 2044
sebagai berikut :
1.Tahun
2020 adalah momen politik terpenting setelah usainya perang dingin,
dikarenakan tahun ini menandai ide sosialisme yang diaplikasikan dalam
politik praktis. Negara-negara baru yang dikenal menjadi negara sosialis
periode ini adalah (selain Kuba), adalah Venezuela, Brazil, Norwegia,
Swiss, Swedia, dan Vietnam.
2.Tahun
2039 adalah puncak krisis ekonomi di negara Amerika Serikat yang memicu
serikat buruh nasional disokong oleh serikat buruh eropa dan asia
daratan mogok produksi. Dalam jangka waktu dua bulan dua pertiga
perusahaan seluruh dunia bangkrut dan tutup. Seminggu setelahnya
Presiden Amerika Serikat dan pemerintahannya lengser oleh demonstrasi
puluhan juta buruh. Negara hilang kewenangannya dan terbentuklah komune
selama berbulan-bulan. Berikutnya negara-negara Amerika, eropa, asia,
australia dan afrika, berturut-turut mengalami hal yang serupa hanya
dalam tempo empat belas hari. Penemuan paling mutakhir setelahnya adalah
Dewan Masyarakat yang berisi 25 orang yang sampai hari ini masih
efektif menjalankan fungsi pemerintahan. Dewan masyarakat dibentuk pada
16 Juni 2044.
3.
2048, Dewan Masyarakat mengeluarkan resolusi bagi penghapusan jual-beli
(termasuk jual-beli buku, oleh karena itu tidak istilah best-selling
atau best-seller tidak digunakan lagi sekarang). Alat-alat produksi
dikuasai organisasi buruh dan rakyat tanpa kepemilikan pribadi.
4.Konsekuensi
sosial dan kebudayaan yang lahir di masa-masa paska revolusi ini,
terutama paling kental mula-mula di asia daratan, di antaranya sebagai
berikut. Adalah kecintaan yang mendalam pada pengetahuan sejarah dan
filsafat politik. Marx adalah di antara dari pemikir paling dikagumi,
namun tak satu pun patungnya dibuat. Orang-orang sangat membenci hal itu
karena dianggap sebagai salah satu bentuk superfisial dari suatu
gagasan revolusioner. Lenin bersama Mao Zedong adalah tokoh yang paling
banyak diinterpretasi oleh akademisi dan dijadikan topik penelitian
sosial juga menjadi objek karya sastra.
Sekolah
di seluruh dunia resmi ditutup pada tahun 2049 dan siapapun berhak
menjadi mahasiswa, dengan demikian perguruan tinggi tetap eksis dan
lulusannya tetap menyandang gelar akademik.
Produk
seni identik dengan film dokumenter tentang sejarah dan sains, lukisan
dan musik instrumental. Hiburan utama rakyat selain menonton film
dokumenter, panggung musik dan berolahraga, adalah bepergian ke belahan
bumi lain dan bersosialisasi dengan penduduk setempat. Fasilitas publik
sepenuhnya bebas diakses rakyat.
Kendaraan pribadi orang-orang adalah sepeda, selebihnya adalah kendaraan publik yang biasanya adalah bus, kereta dan pesawat.
Tabiat yang paling dibenci di tengah-tengah masyarakat adalah malas membaca, tidak mau menulis.
Selain
sekolah, ada beberapa institusi pra 2044 yang hilang paska revolusi,
adalah Bank, Perusahaan Swasta, Penjara, Tentara. (Negara tentu saja
sudah lenyap lebih dahulu).
Disiplin
akademik menjadi lebih sedikit, namun cakupannya menjadi lebih luas.
Beberapa Disiplin akademik seperti Filsafat, Ilmu Hubungan
Internasional, Ekonomi, tidak eksis lagi. Sejarah Ekonomi-politik adalah
favorit para mahasiswa dan akademisi. Di samping itu, “media sosial”
pra-revolusi punah, tergantikan dengan portal-portal online opini filsafat dan karya sastra.
Lagu
paling populer di kalangan mahasiswa dan menjadi Mars Akademisi sedunia
adalah “Intertwining Revolutions” gubahan Yusuf Harris asal Eurasia
tahun 2058.
Pernikahan lelaki-wanita rata-rata dilakukan sebelum usia dua puluh tahun.
Hasil olahan laut adalah makanan favorit masyarakat pada umumnya.
Sulawesi Selatan, 29 Desember 2096.
(Artikel
review ini belum selesai, akan dilanjutkan sesegera mungkin, sembari
itu, saya mengajak anda berimajinasi se-radikal-utopis-ngawur-mungkin, boleh jadi mempercepat datangnya revolusi)
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, berilah masukan yang positif :-)