tentang KKN #1



Ini tentang salah satu pengalaman terpenting saya tahun ini, yaitu Kuliah Kerja Nyata. Sebagai mahasiswa HI angkatan 2012, relatif terlambat untuk baru KKN pada tahun ini, mengingat kebanyakan mahasiswa KKN Unhas gelombang 93 ini adalah angkatan 2013. Tak seperti kebanyakan anak HI yang mendaftar KKN tematik “dimana-mana” atau regular Bantaeng atau Wajo, saya malah memilih Jeneponto sebagai pilihan lokasi KKN. Benar saja, saya satu-satunya anak HI UNHAS yang KKN di kecamatan Binamu Jeneponto. Juga satu dari mungkin hanya tiga anak HI yang KKN di “Jepot”.


Jujur saja, sebelum pemberangkatan saya menganggap KKN hanya hal yang kecil kemungkinan menghasilkan kesan-kesan unik apalagi hanya di Jepot, kabupaten yang relatif dekat dengan Makassar, dekat juga dengan Selayar, secara kultural pun tidak ada gap yang jauh (no offense). Dan, saya tidak punya misi khusus di KKN selain melaluinya dengan “normal”, laksanakan proker lalu berujung nilai untuk empat SKS.
Saya katakan, KKN itu unik, bagi tiap orang yang menjalaninya di masa dan tempat yang berbeda-beda. Ada yang bakal memorabledari kebiasaan kami di perhelatan makan. Saya tidak menyebut “di meja makan” karena memang kami melantai, dan ini sungguh nyaman. Kami (delapan orang anak KKN) beserta bapak dan ibu posko, serta anak-anak dan cucunya “dipaksa” menerima aturan bahwa setiap kami harus “nambah”. Terutama kami (anak KKN, berdelapan), haram hukumnya makan sedikit. Kapan piring anda memperlihatkan indikasi anda akan selesai makan, bersiaplah menerima sesendok-nasi tambahan baik secara sukarela ataupun terpaksa. Dan inilah yang selalu kami jadikan humor saat makan siang atau malam. Bahkan ini juga berlaku untuk mahasiswa-mahasiswi posko lain yang kebetulan bertamu di jam makan siang atau malam. Sekalian saja, saya mencanangkan misi menaikkan berat badan selama KKN ini.
Delapan di antara kami berasal dari delapan prodi dan fakultas berbeda-beda. Si Korlur (koordinator kelurahan posko) Irham a.k.a Ahok dari Teknik Mesin; Andin alias Mbak Dini, yang sudah saya ajari memainkan breakeven dan “sementara”-nya Float dengan gitar namun masih terbata-bata, dari Psikologi; Ros dari Kimia, ededededeh; Apri “mahabaratha” dari peternakan; Eca dari Hukum, yang di-odo’odo korlur posko lain, sebut saja inisialnya Ahwan ;Eva yang selalu hanya ketawa gratis dari Kehutanan; Tuti sang pengajar bahasa arab, dari Sastra Arab. Mereka satu-persatu unik.
Sekian dulu.
(ditulis pada saat “half-time KKN”, meninggalkan posko untuk ke Malino. Dalam rangka Raker Pengurus dan DPO himahi. Untuk teman-teman Posko kelurahan Balang yang ditinggalkan sementara, carilah pengusir kebosanan selama saya tidak di posko hehehe)

Komentar

Postingan Populer